Bangkalan – Pembahasan tentang akhir zaman bukan hanya menjadi domain keagamaan, tetapi juga telah menarik perhatian para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Dari fisika teoretis hingga astrobiologi, para peneliti mencoba menjelaskan skenario bagaimana dunia dapat berakhir, baik dari sudut pandang ilmiah maupun spekulatif.
Lalu pertanyaannya adalah: bagaimana pandangan ilmuwan tentang akhir zaman? Berikut penjelasannya terkait masalah tersebut dari sudut pandang keilmiahan.
Para ilmuwan umumnya melihat akhir zaman dalam konteks alam semesta, Bumi, dan kehidupan di dalamnya. Dalam fisika kosmologi, ada beberapa teori yang meramalkan nasib akhir alam semesta. Teori ilmiah tersebut yang populer adalah Big Freeze, Big Crunch, dan Big Rip.
Dalam teori Big Freeze, alam semesta terus mengembang hingga semua energi panas tersebar, menciptakan kondisi dingin di mana kehidupan tidak mungkin bertahan.
Dalam teori Big Crunch, alam semesta berhenti mengembang dan mulai mengerut, kembali ke kondisi titik singularitas, yang mungkin memulai siklus baru.
Dalam teori Big Rip, ekspansi alam semesta semakin cepat hingga gravitasi, elektromagnetisme, dan bahkan ikatan atom tidak lagi mampu menahan struktur, menyebabkan segala sesuatu terurai.
Stephen Hawking, dalam bukunya “A Brief History of Time: From the Big Bang to Black Holes” (1988), menyinggung kemungkinan-kemungkinan ini, meskipun ia lebih condong membahas fenomena seperti lubang hitam dan singularitas.
Ilmuwan NASA telah lama memantau potensi bahaya dari benda langit seperti asteroid yang dapat menghantam Bumi. Salah satu contohnya adalah asteroid Apophis, yang sempat dianggap berpotensi mendekati Bumi pada tahun 2029. Meski ancamannya telah dieliminasi, risiko dari objek luar angkasa tetap menjadi ancaman serius.
Selain itu, supernova atau ledakan bintang di dekat tata surya dapat menghasilkan radiasi mematikan yang dapat memusnahkan kehidupan di Bumi.
Di sisi lain, ancaman yang lebih dekat dan nyata berasal dari aktivitas manusia sendiri. Pemanasan global, deforestasi, dan polusi dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan. James Hansen (2009), seorang ilmuwan iklim terkenal, memperingatkan bahwa perubahan iklim bisa memicu bencana global seperti banjir besar, kelangkaan pangan, hingga kepunahan spesies.
Sejak dahulu, gagasan tentang kiamat telah menginspirasi banyak buku, baik fiksi maupun non-fiksi. Beberapa karya ilmiah terkenal yang membahas akhir zaman meliputi: pertama, “The Sixth Extinction: An Unnatural History” karya ilmiah Elizabeth Kolbert (2014). Karya ilmiah ini mengeksplorasi ancaman kepunahan massal akibat ulah manusia, seperti deforestasi dan pemanasan global.
Kedua, “The End of Time: The Next Revolution in Our Understanding of the Universe” karya ilmiah Julian Barbour (1999). Karya ilmiah ini mengajukan ide bahwa waktu itu sendiri adalah ilusi dan bahwa akhir zaman mungkin bukanlah sesuatu yang “terjadi” secara linier.
Ketiga, “The Road” karya Cormac McCarthy (2006), sebuah novel fiksi tentang dunia pasca-apokaliptik yang menggambarkan perjuangan manusia untuk bertahan hidup setelah bencana besar.
Akhir zaman, dalam perspektif ilmuwan, adalah topik yang kompleks dan multidimensi. Ilmuwan terus berusaha memahami dan memprediksi skenario-skenario yang memungkinkan.
Walaupun skenario-skenario ini sering kali terdengar menakutkan, perspektif para ilmuwan juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian Bumi dan mengeksplorasi alam semesta.