Bangkalan – Akhir zaman, atau dikenal juga sebagai “kiamat”, merupakan salah satu tema yang paling menarik dalam kajian agama dan filsafat. Hampir setiap agama besar di dunia memiliki narasi dan pandangan tersendiri tentang akhir zaman.
Konsep ini tidak hanya mencakup kehancuran dunia secara fisik tetapi juga transformasi spiritual, moral, dan eskatologis umat manusia. Lalu, apa itu akhir zaman dalam perspektif agama-agama di dunia? Berikut ulasan pandangan beberapa agama besar di dunia tentang akhir zaman, berdasarkan kitab suci, interpretasi pemuka agama, serta relevansi konsep ini dalam kehidupan modern.
Dalam Islam, akhir zaman dikenal dengan istilah “yaumul qiyamah” (hari kiamat). Pandangan ini didasarkan pada Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad s.a.w. Dalam Surah Al-Zalzalah, digambarkan bahwa bumi akan berguncang hebat, gunung-gunung akan menjadi debu, dan manusia akan dihisab berdasarkan amal perbuatannya. Salah satu tanda besar akhir zaman adalah kemunculan Dajjal, Imam Mahdi, dan turunnya Nabi Isa a.s.
Ilmuan agama Islam, seperti Ibnu Katsir dan Imam Ghazali, menekankan pentingnya persiapan spiritual menghadapi akhir zaman. Mereka mengingatkan umat Islam untuk memperbanyak amal, meningkatkan keimanan, dan memperhatikan tanda-tanda kecil, seperti semakin banyaknya kebohongan, kerusakan moral, dan bencana alam.
Dalam tradisi Kristen, akhir zaman sering disebut dengan “End Times atau The Second Coming” (kedatangan kedua Yesus Kristus). Dasar teologisnya ditemukan dalam kitab Wahyu di Perjanjian Baru. Di sana digambarkan peperangan besar, kehancuran dunia, dan penghakiman terakhir oleh Tuhan.
Paus Benediktus XVI, dalam salah satu esainya, mengingatkan bahwa kepercayaan akan akhir zaman bukan sekadar ketakutan akan kiamat, tetapi juga harapan akan kehidupan kekal di surga. Gereja menekankan pentingnya hidup dalam iman, kasih, dan pelayanan sebagai persiapan menyambut kedatangan Kristus kembali.
Dalam agama Hindu, konsep akhir zaman terkait dengan siklus kosmis yang disebut “Yuga”. Saat ini, umat manusia diyakini hidup dalam “Kali Yuga”, era terakhir yang ditandai dengan kejahatan, kebohongan, dan kerusakan moral. Ketika Kali Yuga berakhir, diyakini bahwa dewa Wisnu akan menjelma sebagai Kalki untuk menghancurkan kejahatan dan memulai siklus baru (Satya Yuga).
Pemuka agama Hindu, seperti Swami Vivekananda, sering menekankan aspek transformasi spiritual dalam menghadapi era kerusakan ini. Menurutnya, akhir zaman dalam Hindu lebih bersifat simbolis, menggambarkan akhir dari ketidaktahuan dan awal dari kebangkitan spiritual.
Buddhisme memiliki pandangan yang unik tentang akhir zaman. Dalam teks-teks Buddhis, tidak ada gambaran kehancuran dunia secara besar-besaran seperti dalam tradisi agama lainnya. Sebaliknya, akhir zaman sering dikaitkan dengan akhir dari ajaran Buddha (Dharma) di dunia.
Diceritakan bahwa pada suatu saat, ajaran Buddha akan dilupakan, dan umat manusia akan hidup dalam kegelapan moral. Namun, Maitreya, Buddha masa depan, akan lahir untuk mengajarkan kembali Dharma dan membawa pencerahan. Dalai Lama, sebagai pemimpin spiritual Buddhis, mengingatkan umat untuk fokus pada pembebasan diri dari penderitaan melalui meditasi dan kebajikan.
Dalam tradisi Yahudi, akhir zaman disebut sebagai “Olam Ha-Ba” (dunia yang akan datang). Konsep ini berkaitan dengan datangnya Mesias yang akan membawa kedamaian dan keadilan ke dunia. Kitab Yesaya dan kitab Daniel menjadi rujukan utama untuk memahami narasi eskatologis Yahudi.
Rabi Jonathan Sacks pernah mengatakan bahwa akhir zaman dalam Yahudi bukanlah ancaman melainkan janji akan tatanan dunia yang lebih baik. Fokusnya adalah pada peran manusia dalam menciptakan dunia yang lebih damai, berkeadilan, dan berlandaskan cinta kasih.
Walaupun setiap agama memiliki narasi yang berbeda, ada beberapa kesamaan mencolok dalam pandangannya tentang akhir zaman: pertama, transformasi spiritual: semua agama menekankan pentingnya persiapan spiritual.
Kedua, keadilan Ilahi: akhir zaman sering dikaitkan dengan penghakiman atas perbuatan manusia. Ketiga, tanda-tanda akhir zaman: ada gambaran tentang tanda-tanda kecil maupun besar yang mendahului akhir zaman.
Namun, perbedaan juga terlihat dalam detail narasi, seperti tokoh-tokoh eskatologis (Dajjal, Kalki, Mesias), cara penghancuran dunia, dan konsep kehidupan setelah kiamat.
Di tengah perubahan dunia yang cepat, konsep akhir zaman menjadi bahan refleksi penting. Perang, bencana alam, dan perubahan iklim sering diasosiasikan dengan tanda-tanda akhir zaman. Pemuka agama modern, seperti Paus Fransiskus dan Dalai Lama, sering menggunakan tema ini untuk mengingatkan pentingnya menjaga perdamaian, keadilan sosial, dan lingkungan.
Dalam perspektif psikologi, keyakinan tentang akhir zaman juga memengaruhi perilaku manusia. Beberapa orang menjadi lebih religius, sementara yang lain merasa cemas atau takut. Oleh karena itu, penting untuk memahami akhir zaman sebagai peluang untuk introspeksi, bukan hanya ancaman atau ketakutan.