Dalam gemerlapnya dunia akademis, terdapat sosok yang tidak hanya membanggakan gelarnya, tetapi juga menyerukan suara kemanusiaan yang meresap dalam setiap kata-katanya. Amartya Sen, seorang filsuf, ekonom, dan pemikir sosial asal India, telah mengukir jejak yang mendalam dalam kajian pembangunan manusia.
Dengan ketajaman intelektualnya, Sen telah memberikan pandangan baru tentang pentingnya memperjuangkan keadilan sosial dan pemberdayaan individu dalam upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Amartya Sen dilahirkan pada 3 November 1933 di Santiniketan, sebuah kota kecil di Benggala Barat, India. Pendidikan awalnya di bidang ekonomi di Universitas Kolkata membentuk landasan kuat bagi perjalanannya dalam menjelajahi kompleksitas masalah sosial dan ekonomi.
Namun, kecerdasannya melampaui batas disiplin ilmu tersebut, dengan minatnya yang meluas ke filsafat, etika, dan kajian politik.
Salah satu kontribusi paling monumental dari Sen adalah gagasannya tentang “Kapasitas Kehidupan” (capability approach). Ia menekankan pentingnya tidak hanya melihat kesuksesan pembangunan dari sudut pandang ekonomi, tetapi juga dari sudut pandang kemampuan individu untuk hidup dengan martabat dan kebebasan.
Menurutnya, pembangunan yang sejati adalah yang mampu meningkatkan kebebasan manusia untuk hidup sebaik mungkin, bukan hanya sekadar meningkatkan pendapatan ekonomi. Pandangan Sen tentang kemiskinan, kelaparan, pendidikan, dan kesehatan tidak hanya dilihat sebagai masalah ekonomi, melainkan juga sebagai masalah hak asasi manusia.
Karyanya merangkum pemikiran ini, seperti “Poverty and Famines: An Essay on Entitlement and Deprivation” (1981), “Development as Freedom” (1999), dan “The Idea of Justice” (2009), telah menjadi pencerahan bagi banyak pemikir dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.
Pada tahun 1998, Amartya Sen dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Ilmu Ekonomi untuk kontribusinya dalam ekonomi kesejahteraan. Namun, karyanya tidak hanya diakui dalam dunia akademis, tetapi juga diakui secara luas oleh masyarakat internasional.
Ia telah menerima berbagai penghargaan dan gelar kehormatan dari berbagai negara dan lembaga, yang mencerminkan pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam memajukan pemikiran manusia di dunia.
Pandemi COVID-19 telah mengungkapkan ketidaksetaraan yang dalam dalam masyarakat global. Dalam menghadapi tantangan ini, pandangan Amartya Sen tentang pembangunan sebagai kebebasan menjadi semakin relevan. Ia menegaskan bahwa krisis kesehatan seperti ini tidak hanya tentang angka statistik, tetapi juga tentang hak asasi manusia untuk hidup dengan martabat dan kebebasan.
Amartya Sen tidak hanya meninggalkan warisan intelektual yang kuat, tetapi juga inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus berjuang dalam memperjuangkan keadilan sosial dan pembangunan manusia yang berkelanjutan. Dengan pesan-pesannya yang menggema dalam pikiran kita, ia mendorong kita untuk melampaui batas-batas konvensional dan memimpikan dunia yang lebih adil dan berempati.
Di tanah kelahirannya, India, Amartya Sen telah menjadi suara kritis dalam mengingatkan pemerintah dan masyarakat akan tantangan-tantangan yang dihadapi, terutama terkait dengan ketidaksetaraan sosial, kemiskinan, dan kurangnya akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan.
Kontribusinya dalam merancang kebijakan yang lebih inklusif telah memberikan dorongan besar bagi perubahan positif di negerinya sendiri dan di seluruh dunia.