Site icon Madurapers

Blater: Ikon Sosial-Budaya yang tak Tergantikan di Madura

Kelompok Blater di Pulau Madura muncul sebagai simbol keberanian dan kelebihan ilmu kanuragan, yang membuatnya dihormati dan disegani oleh masyarakat Madura

Kelompok Blater di Pulau Madura muncul sebagai simbol keberanian dan kelebihan ilmu kanuragan, yang membuatnya dihormati dan disegani oleh masyarakat Madura (Sumber foto: Istimewa, 2024).

Bangkalan – Madura, sebuah pulau yang kaya akan budaya dan sejarah, menyimpan sebuah fenomena sosial-budaya yang tak lekang oleh waktu: yakni kaum atau kelompok Blater. Masyarakat Madura telah lama mengenal kelompok ini sebagai pilar penting dalam orientasi kepemimpinan dan kehidupan sosialnya. Namun, untuk memahami kedalaman peran dan arti keberadaan kelompok ini, kita perlu merenung lebih dalam ke dalam sejarah kemunculannya.

Sejarah panjang yang melatarbelakangi kemunculan Blater di Pulau Madura membawa kita kembali ke zaman dahulu, di mana keberanian dan kekebalan diri menjadi penentu di antara masyarakat yang keras dan penuh tantangan.

Dalam konteks ini, Blater (baca: kaum atau kelompok Blater, red.) di Madura muncul sebagai simbol keberanian dan kelebihan ilmu kanuragan, yang membuatnya dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar di Madura, Provinsi Jawa Timur.

Terlepas dari keberadaannya yang kuat di Pulau Madura, Blater juga dikenal di berbagai daerah di Indonesia, meskipun dengan konteks sosio-historis yang berbeda. Istilah “Blater” sendiri telah mencerminkan sebuah nama kelompok jawara atau jagoan, yang meskipun dapat berubah sesuai dengan lokasinya, namun secara esensial tetap mengandung makna yang sama.

Kehadiran Blater di Madura tidak hanya sekadar simbol, namun juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan sosial masyarakat. Mereka menjadi kelompok yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, terutama dalam ranah politik dan kekuasaan.

Hubungan antara kiai dan kelompok Blater seringkali bersifat simbiosis, di mana keduanya saling membutuhkan meskipun memiliki fungsi dan peran sosial yang terkadang bertentangan.

Menariknya, tidak sedikit kiai yang memiliki latar belakang sosial sebagai Blater. Meskipun mereka telah menyandang simbol-simbol keagamaan Islam, namun kadang-kadang perangai Blater masih tetap melekat pada mereka. Ini menunjukkan kompleksitas dalam dinamika sosial-budaya di Madura, di mana identitas dan peran seseorang tidak selalu terbatas pada satu lingkup saja.

Salah satu tradisi yang masih berlangsung hingga saat ini di masyarakat Madura, adalah penyelenggaraan pesta yang dikenal sebagai to’oto’ dan remoh (sandur). Tradisi ini menjadi bagian penting dalam mempertahankan warisan budaya dan identitas masyarakat Madura, di mana Blater seringkali turut serta dalam memeriahkan acara-acara tersebut dengan keberanian dan keahlian kanuragannya.

Melalui keberadaannya yang kaya akan nilai-nilai sejarah dan budaya, Blater tetap menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat Madura. Meskipun zaman terus berubah dan tantangan-tantangan baru muncul, namun kehadiran Blater tetap menjadi landasan yang kokoh bagi identitas dan kekuatan sosial-budaya masyarakat Madura. Dengan memahami dan menghargai warisan ini, kita dapat lebih memahami kekayaan budaya dan keberanian yang melekat dalam jiwa masyarakat Madura.

Exit mobile version