Jakarta – Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie mengungkapkan sebuah fakta yang mengejutkan: ia mengaku dititipi sejumlah dokumen penting oleh Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto.
Dokumen tersebut diserahkan ketika Hasto dikabarkan akan ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI).
Connie menjelaskan bahwa dokumen-dokumen tersebut kini telah ia notariskan di Rusia, mengisyaratkan bahwa isinya dapat menjadi “bom waktu” yang mengguncang peta politik nasional.
Menurut Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional St Petersburg State University, Rusia ini, Hasto memberikan dokumen itu sebagai langkah antisipasi, belajar dari pengalaman sebelumnya ketika catatan partainya disita KPK.
Informasi tersebut koheren dengan pernyataan juru bicara DPP PDI Perjuangan, Guntur Romli, yang juga membuat pernyataan mengejutkan.
Ia mengklaim Hasto memiliki bukti kasus dugaan korupsi para petinggi negara, termasuk dalam bentuk video.
Guntur mengatakan telah melihat video tersebut dan menyebutnya bisa menjadi “game changer” dalam politik nasional jika dirilis.
Video itu bukan hanya menyebut nama, tetapi juga dilengkapi bukti konkret yang sulit disangkal yang disebutkan dalam video tersebut.
Terkait hal ini, guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR), Henry Subiakto, menyatakan kepercayaannya pada Connie, Hasto, dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
Meskipun ia bukan simpatisan PDI Perjuangan, Henry menganggap tokoh-tokoh tersebut memiliki integritas lebih dibandingkan mantan Presiden Jokowi dan keluarganya, yang menurutnya sering menunjukkan ketidakkonsistenan.
“Dalam kondisi negara seperti saat sekarang ini, negeri ini butuh adanya Partai yang kuat dan ideologis seperti PDIP (PDI Perjuangan, red.), serta butuh orang orang yang berani bicara apa adanya, dengan mempertaruhkan segala risikonya,” ujar Henry melalui akun media sosialnya.
Pernyataan ini membuka babak baru dalam pertarungan politik di Indonesia, memperkuat posisi PDI Perjuangan sebagai partai ideologis yang siap melawan arus, meskipun risiko politik terus meningkat.
Akankah dokumen rahasia Hasto ini benar-benar meledak sebagai “bom waktu” yang mengubah arah politik nasional? Kita tunggu saja, waktu yang akan menjawab.