Jakarta – BRICS, organisasi ekonomi yang menghimpun negara-negara dengan pertumbuhan signifikan, kini semakin mempertegas posisinya sebagai kekuatan alternatif ekonomi dunia yang sebelumnya didominasi Barat.
Berdiri pada 16 Juni 2009 di Yekaterinburg, Rusia, BRICS awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan China, kemudian ditambah Afrika Selatan pada tahun 2010, menjadikan kelompok ini representasi kekuatan ekonomi dari berbagai benua.
Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) gabungan yang diperkirakan mencapai 37,3 persen dari total PDB dunia berdasarkan paritas daya beli, BRICS menjadi pilar penting dalam struktur ekonomi global.
China, dengan PDB sebesar 18.649 miliar dolar AS pada tahun 2024, memimpin sebagai ekonomi terbesar dalam BRICS, diikuti oleh India yang mencatat pertumbuhan signifikan dengan PDB sebesar 3.798 miliar dolar AS pada tahun yang sama.
Brasil dan Rusia, masing-masing dengan PDB sebesar 2.092 miliar dolar AS dan 381,94 miliar dolar AS, terus menunjukkan relevansinya sebagai produsen utama sumber daya alam dan komoditas global.
Afrika Selatan, meski memiliki PDB terkecil di antara anggota inti BRICS, tetap menjadi pemain strategis di Afrika, dengan keunggulan geografis dan politiknya.
BRICS tidak hanya unggul dalam angka ekonomi, tetapi juga dalam produksi pangan dunia, menyumbang lebih dari 40 persen output manufaktur global, 42 persen gandum, 52 persen beras, dan 46 persen kedelai.
Ekspansi BRICS melalui undangan enam negara baru, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uruguay, menunjukkan ambisi organisasi ini untuk memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.
New Development Bank (Bank Pembangunan Baru), yang didirikan di Brasil pada 2014, menjadi instrumen penting dalam mendanai proyek pembangunan berkelanjutan, memberikan alternatif terhadap lembaga-lembaga keuangan internasional tradisional seperti IMF dan Bank Dunia.
Dengan langkah ekspansi yang agresif dan penguatan ekonomi antaranggota, BRICS+ mencerminkan perubahan paradigma dalam lanskap ekonomi dunia yang mulai bergeser ke arah multipolar.
Menurut analisis dari Trading Economics, pertumbuhan PDB yang konsisten di negara-negara BRICS menunjukkan bahwa organisasi ini mampu memanfaatkan potensi besar pasar domestik dan sumber daya alamnya untuk melawan perlambatan global.
Namun, tantangan tetap ada, termasuk perbedaan kepentingan politik antaranggota dan ketergantungan pada sektor ekspor komoditas yang rentan terhadap fluktuasi harga global.
Keberhasilan BRICS sebagai kekuatan ekonomi baru akan sangat bergantung pada kemampuan anggotanya untuk memperkuat kerja sama, memperluas integrasi ekonomi, dan menawarkan solusi nyata bagi tantangan global, terutama di sektor pembangunan berkelanjutan.