Site icon Madurapers

BRICS: Membangun Tatanan Dunia Baru atau Sekadar Koalisi Ekonomi?

BRICS, singkatan dari Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, resmi berdiri pada 2009 melalui KTT (Konferesi Tingkat Tinggi) pertama di Rusia

BRICS, singkatan dari Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, resmi berdiri pada 2009 melalui KTT (Konferesi Tingkat Tinggi) pertama di Rusia (Sumber Foto: Istimewa, 2025).

Jakarta – BRICS, singkatan dari Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, telah menjadi salah satu organisasi internasional yang paling diperbincangkan dalam dekade terakhir. Dengan anggota yang terus bertambah dan pengaruh global yang semakin besar, BRICS kini memasuki era baru melalui konsep “BRICS+”.

Pertanyaan yang muncul adalah: apa tujuan organisasi ini, bagaimana perkembangannya, dan apa dampaknya terhadap tatanan dunia? Berikut penjelasannya, dihimpun oleh Redaksi Madurapers dari sumber-sumber terpercaya.

BRICS awalnya muncul pada awal 2000-an sebagai konsep ekonomi yang menggambarkan negara-negara dengan pertumbuhan pesat. Organisasi ini resmi berdiri pada 2009 melalui KTT (Konferesi Tingkat Tinggi) pertama di Rusia dan awalnya terdiri dari Brazil, Rusia, India, serta Cina. Pada 2010, Afrika Selatan bergabung, menjadikannya BRICS.

Tujuan utama BRICS adalah mendorong kerja sama ekonomi, perdagangan, dan pembangunan berkelanjutan. Organisasi ini secara tak langsung juga memiliki tujuan menantang dominasi ekonomi Barat, terutama negara maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, melalui inisiatif seperti Bank Pembangunan Baru (New Development Bank), yang berdiri 2014.

Pada 2024, BRICS memperluas keanggotaannya dengan mengundang Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Meskipun Argentina menolak undangan dan Arab Saudi belum memberikan keputusan, konsep “BRICS+” mulai digunakan untuk menggambarkan kelompok yang lebih besar ini. BRICS+ kini mencakup 45% populasi dunia dan 35% PDB (Produk Domestik Bruto) global berdasarkan paritas daya beli.

Pertemuan puncak BRICS di Kazan, Rusia, pada 2024 menjadi momen penting dalam sejarah organisasi ini. Salah satu keputusan utamanya adalah menciptakan kategori “Negara Mitra BRICS”. Langkah ini menunjukkan ambisi BRICS memperluas pengaruhnya di luar anggota inti.

Pendapat para ahli tentang perluasan BRICS beragam. Ada yang berpendapat bahwa langkah ini mempercepat redistribusi kekuatan global dari Barat ke Timur, meskipun tantangan tetap ada. Misalnya, ketegangan antara Cina dan India atau perbedaan kepentingan antara Mesir dan Ethiopia.

Inklusi Iran dalam BRICS+ menimbulkan spekulasi bahwa Rusia dan Cina ingin menjadikannya blok “anti-Barat”. Namun, beberapa anggota seperti India, Brasil, Ethiopia, dan Mesir tetap menjaga hubungan erat dengan Amerika Serikat dan Eropa. Ini menunjukkan bahwa BRICS fokus pada reformasi global secara bertahap, bukan konfrontasi langsung.

Keberagaman politik dan ekonomi anggota BRICS menjadi tantangan besar bagi organisasi ini. Ketegangan antara Cina dan India, serta perbedaan kepentingan anggota baru seperti Ethiopia dan Uni Emirat Arab, berpotensi memperlambat pengambilan keputusan kolektif.

Beberapa analis melihat BRICS sebagai simbol perubahan geopolitik dunia. Stewart Patrick (2024) berpendapat bahwa dampak BRICS+ terhadap tatanan global akan bersifat bertahap dan tidak menyerang dominasi Barat secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa meski berambisi menciptakan keseimbangan global, jalan BRICS masih panjang dan penuh tantangan.

Dengan demikian, BRICS telah berkembang dari konsep ekonomi menjadi organisasi internasional yang berpengaruh. Perluasan keanggotaan BRICS+ memperlihatkan ambisi besar untuk menjadi pemain utama dalam geopolitik dunia. Namun, keberhasilannya sangat tergantung pada kemampuan mengatasi perbedaan internal dan menentukan arah yang jelas.

Exit mobile version