Site icon Madurapers

Cabe Jamu Sumenep: Potensi Besar Tanaman Herbal yang Mendunia

Beny T Susetiyo, kontributor adalah mahasiswa S2 program studi Pengelolaan Sumber Daya Alam, Universitas Trunojoyo Madura

Beny T Susetiyo, kontributor adalah mahasiswa S2 program studi Pengelolaan Sumber Daya Alam, Universitas Trunojoyo Madura (Sumber foto: Istimewa, 2024).

Sumenep – Cabe jamu, tanaman herbal yang tak hanya subur tumbuh di berbagai wilayah Jawa Timur, tetapi juga menjadi kebanggaan Kabupaten Sumenep. Terletak di Pulau Madura, Sumenep menjadi pusat tanaman cabe jamu terbesar, menyumbang lebih dari setengah dari total luas tanaman cabe jamu di pulau itu. Kecamatan Bluto menjadi lumbung cabe jamu terbesar dengan luas tanaman mencapai 687 hektar dan produksi melebihi 2.500 ton.

Para petani tertarik membudidayakan tanaman herbal ini karena cara budidayanya yang relatif mudah dan dapat dikerjakan secara intensif. Nawari, seorang petani di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, pelaku budidaya tanaman cabe jamu secara intensif, menjelaskan bahwa perawatan tanaman cabe jamu cukup mudah, namun tidak sembarangan dalam arti “gampang-gampang susah”.

Sebab, meski tergolong mudah, tapi apabila tidak dibarengi dengan perawatan yang tepat akan berpengaruh terhadap kualitas dari buah cabe jamu itu sendiri. Cabe jamu yang tumbuh di kawasan dengan jenis tanah yang berbatu relatif memiliki kualitas rasa dan aroma yang lebih kuat.

Bahkan, menurutnya, untuk cabe jamu yang dari Bluto jauh lebih baik kualitasnya karena di lahan yang dimilikinya bukan lagi tanah berbatu, melainkan batu bertanah. Hal ini dapat dijadikan salah satu indikator bahwa tanaman cabe jamu akan menghasilkan buah lebih baik apabila berada di lingkungan yang ekstrem.

Selain dari segi perawatan tanaman cabe jamu yang tergolong mudah, hal lain yang membuat minat petani dalam membudidayakan tanaman cabe jamu adalah nilai jual yang relatif tinggi. Harga jual buah tanaman cabe jamu kering (periode 2022–2023) dapat berkisar diharga Rp65.000–80.000, sedangkan harga jual buah tanaman cabe jamu basah berkisar diharga Rp20.000. Sehingga tanaman yang cukup ditanam sekali dan dapat berbuah berkali-kali ini tentu memiliki potensi besar untuk dikembangkan oleh petani secara intensif.

Tanaman yang sudah terdaftar dalam Kepmentan No. 104/KPTS/HK.140/M/2/2020 tentang Komoditas Binaan Kementerian Pertanian ini juga merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup banyak dikenal. India merupakan salah satu negara tujuan ekspor cabe jamu dari Indonesia dengan jumlah paling besar jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam kurun waktu 2018–2022 volume ekspor cabe jamu Indonesia ke India rata-rata 1.500 ton dan tertinggi pada tahun 2021 yaitu mencapai hingga 2.000 ton.

Perlu diketahui cabe jamu sangat berbeda dengan cabe pada umumnya, seperti cabe rawit atau cabe besar. Meskipun sebutannya sama-sama cabe, namun penggunaannya tidaklah sama. Cabe jamu banyak digunakan sebagai bahan campuran rempah atau ramuan jamu herbal. Manfaat cabe jamu bagi kesehatan cukup banyak diakui oleh masyarakat. Kandungan yang terdapat pada cabe jamu seperti minyak atsiri, oleoresin, asam palmiat, zat pedas piperine yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia.

Salah satu olahan cabe jamu yang telah dilakukan oleh Nawari, yaitu dijadikan sebagai bahan campuran olahan kopi. Rasa dan aroma kopi yang dicampur dengan cabe jamu memberikan sensasi yang berbeda daripada seduhan kopi pada umumnya. Rasa hangat pada tubuh setelah mengkonsumsi kopi yang dicampur dengan cabe jamu ini membuat stamina kembali sehat dan bugar.

Perhatian pemerintah untuk komoditas ini tentu sangatlah dibutuhkan sebab melihat nilai potensi dan kemanfaatannya yang cukup tinggi seakan menjadi harta karun yang belum banyak ditemukan.

Berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, seperti tembakau yang juga menjadi tanaman yang banyak diminati oleh petani khususnya petani di Sumenep yang hingga dalam pemasarannya sudah diatur dalam perundang-undangan (perlindugan secara hukum), tanaman cabe jamu ini seakan eksistensinya masih tergolong rendah. Sehingga perlu sebuah pengkajian lebih mendalam tentang kelangsungan agribisnis komoditas cabe jamu ini dengan harapan kelestarian dan eksistensinya dapat tetap terjaga.

Exit mobile version