Sumenep – Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Sumenep sebut partispasi program Keluarga Berencana (KB) masih belum menacpai target. Pasalnya, DP3AKB setempat menargetkan sebanyak 16.561 peserta, namun hanya terdapat 9.573 peserta.
Berdasarkan data laporan yang tercatat di DP3AKB Sumenep, sejak Bulan Januari-Oktober 2021 diketahui terdapat 9.573 peserta baru. Dengan rincian, Intrauterine device (IUD) sebanyak 29 peserta, Metode Operasi Wanita (MOW) 1 peserta, Kondom 44, Implan 1.464, Suntik 6.620, dan yang terakhir Pil sebanyak 1.370 peserta.
Padahal, DP3AKB Sumenep menargetkan sebanyak 16.561 peserta untuk mengikuti program KB pada tahun 2021. Diketahui program tersebut memiliki beberapa jenis yang masing-masing mempunyai target capaian.
Program ini di antaranya ada UD dengan target 56 peserta. Selain itu juga ada Metode operasi wanita (MOW) dengan target 10 peserta, MOP 1, Kondom 175, Implan 436, Suntik 13.484, dan Pil 2.399 peserta.
Menanggapi capain KB yang masih belum mencapai target itu, Kasi Jaminan Pembinaan Kesertaan ber-KB DP3AKB Sumenep, Baitur mengatakan saat ini kondisi pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sumenep sudah mulai terkendali, meskipun belum mencapai target.
“Rata-rata untuk Kabupaten Sumenep setiap keluarga memiliki 1-2 anak. Jadi masyarakat sudah mulai mengerti soal program KB ini. Bahkan capaian ini telah masuk pada tingkat 5 besar kabupaten terbaik dalam pertumbuhan penduduknya se Jawa Timur,” ungkapnya, Jumat (3/12/21).
Kedepannya, tambah Baitur, pihaknya akan melakukan peralihan program alat kontrasepsi. Jika pada sebelumnya memakai pil dan suntik, maka akan dialihkan pada implan dan IUD. Hal tersebut dinilai lebih aman dan efektif.
“Sedangkan bagi keluarga yang sangat subur diimbau untuk mengikuti program MOP-MOW atau yang biasa disebut program steril,” imbuhnya.
Sehingga menurutnya, yang awalnya harus minum pil tiap hari atau suntik tiap bulan dan tiga bulan sekali, melalui peralihan ini bisa bertahan hingga tiga sampai lima tahun. Setelah kontrasepsi itu dicabut nanti akan subur kembali dan bisa melahirkan.
Pihaknya menegaskan, bahwa program tersebut hanya untuk mengatur jangka waktu melahirkan anak. Maksudnya bukan membatasi angka kelahiran.
“Jika pada biasanya satu keluarga melahirkan anak tiap tahun, maka melalui program KB akan diatur berjarak tiga tahun sekali,” tegasnya.
Selain untuk menurunkan angka pertumbuhan penduduk, program ini juga bertujuan menjaga kesehatan ibu dan anak dengan baik.
“Sebab jikalau tiap tahun melahirkan, maka hal itu dinilai kurang bagus untuk kesehatan ibu. Bahkan pelayanan terhadap anak juga cenderung kurang maksimal,”pungkasnya.