Salah satu dewan juri, Sakrim, M.Pd., menyampaikan bahwa peserta tahun ini menunjukkan kedalaman pemikiran yang luar biasa. “Banyak orator muda hari ini tidak hanya pandai bicara, tapi punya gagasan yang bernas dan relevan dengan kondisi bangsa,” ucap Sakrim.
Selain piawai berorasi, Aab juga dikenal sebagai pemimpin HIMABA yang meraih penghargaan sebagai Himpunan Mahasiswa Terbaik dalam Bidang Kolaborasi dan Jejaring. Penghargaan itu memperkuat citranya sebagai pemuda yang tak hanya vokal, tapi juga bergerak nyata.
Kompetisi ini menjadi lebih dari sekadar acara kampus; ia menjelma menjadi ruang dialektika nasional. Mahasiswa berbicara bukan untuk sekadar didengar, tetapi untuk mengubah sesuatu yang lebih besar.
Di tengah stagnasi reformasi pendidikan, gema dari Bangkalan menjadi pengingat bahwa suara mahasiswa masih hidup. Mereka menolak jinak, menuntut agar pendidikan benar-benar mencerdaskan bangsa.
