Bangkalan – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan, Madura Jawa Timur diduga tidak profesional tangani pasien atas nama Nawari 44/th asal Desa Durjan, Kec. Kokop, Kab. Bangkalan hingga menyebabkan meninggal dunia, Rabu (18/09/2024).
Pasalnya, pasien tersebut menghembuskan nafas trakhir di Rumah Sakit RSUD Bangkalan, tepatnya Unit Gawat Darurat (UGD) pada Rabu 18 September 2024 sekitar pukul. 17.20 WIB sebelum ditangani dokter spesialis jantung. Akibatnya, disinyalir meninggal setelah meminum obat yang diberikan oleh dokter Farhan, sehingga dugaan kuat melakukan Malpraktik (tindakan salah yang dilakukan oleh dokter).
Hal itu dibenarkan oleh Riseh, istri almarhum pasien kepada media ini. Pihaknya, menuturkan bahwa penyesalan yang tidak bisa ditahan sampai detik ini adalah kesalahan pelayanan RSUD Syamrabu yang dinilai kuat melakukan Malpraktik, sehingga menyebabkan pasien atas nama Naweri meninggal dunia.
“Yang saya sesalkan bukan apa lek, pelayanan yang diberikan terkesan tidak profesional. Suami saya itu sehat awalnya sebelum diberi obat oleh dokter itu, setelah diberi obat itu suami saya langsung meninggal,” terang dia kepada media ini melalui voice pesan Whatsapp, Rabu (18/09/2024, pukul, 19.14 WIB.
Sebambari menangis, pihaknya menceritakan kronologis penyebab kematian almarhum suaminya. Kata Riseh, sebelumnya ditangani oleh Dokter Mahrus, setelah itu ditangani Dokter Farhan hinggal menghembuskan nafas trakhirnya.
“Terus terang saya masih bertanya-tanya atas pemberian obet dari Dokter Farhan. Saya harap dari pihak RSUD minimal menjelaskan penyebabnya agar kami bisa memahami,” kata Riseh, melanjutkan.
“Intinya, awal suami saya itu sehat setelah minum obat yang diberikan dokter Farhan hitungan menit bahkan detik suami saya langsung teriak bilang, ” Tak odhik engkok, tak odhik engkok” (Tidak akan hidup lagi saya,” kata Riseh menjelaskan sembari merasakan penyesalan yang dilakukan Dokter Farhan.
Salain itu, dirinya mengaku tidak ada penjelasan secara rinci kepada pihak keluarga pasien sebelum diberikan obat tersebut. Anehnya lagi, setelah meninggal dia tidak ada sepatah katapun sehingga terkesan efek dari obat tersebut.
“Saya sudah bilang sebelum minum obat itu lek, dokter pasien belum makan dari pagi, apakah tidak bahaya?. Dokter Farhan menjawab, tidak masalah langsung minumkan saja,” katanya, menyamakan Dokter Farhan.
Menanggapi hal itu, Kepala Pelayanan Medis, Dokter Prima menyampaikan permohonan maaf dan bela sungkawa terhadap keluarga almarhum Naweri serta berterimakasih atas masukan yang telah diaspirasikan oleh perwakilan keluarga pasien.
“Kami atas nama RSUD Syamrabu mengucapkan terimakasih dan permohonan maaf kepada keluarga pasien. Kami berkomitmen akan membenahi serta memberikan pelayanan yang baik bagi pasien ke depannya,” kata Dokter Prima saat ditemui awak media ini, Kamis (19/09/2024).
“Insya allah kami akan segera menjelaskan juga kepada pihak keluarga almarhum agar tidak miskomunikasi,” tambahnya.
Ditempat yang sama, Kepala UGD RSUD Syamrabu Bangkalan, Dokter Mahrus menyampaikan kematian pasien atas nama Naweri bukan disebabkan oleh obat yang diminum. Melainkan, pasien memang sudah geliasah memiliki kebengkakan di bagian jantung, sehingga pasien mengalami kelemahan jantung yang cukup rawan.
“Kami sampaikan itu bukan penyebab obat pak, almarhum memang memiliki kebengkakan jantung yang cukup parah, sehingga berpotensi berbahaya,” paparnya.
Selanjutnya, pihaknya menjelaskan, sebetulnya pasien memang memiliki riwayat secara gejala jantung sesak cukup kencang, sehingga mengakibatkan pasien tidak mampu lagi menahan itu.
“Sebenarnya, penyebab kematian almarhum atas nama Naweri itu bukan dari obat pak. Sebab, obat itu bekerja maksimal itu setelah 2 jam, selebihnya tergantung pada kondisi tubuh juga,” tandasnya.
Sementara, saat awak media ini mendatangi RSUD Syamrabu Bangkalan dengan niat ingin meminta penjelasan secara kronologis kepada Dokter Farhan yang telah memberikan obat kepada almarhum Naweri hinggal meningal dunia. Tapi sayang, pihaknya memilih menghidar bahkan beralasan sibuk tangani pasien.