Jakarta – Ekonomi global diproyeksikan oleh Bank Dunia (World Bank), organisasi keuangan internasional moneter yang berkantor pusat di Washington, D.C., Amerika Serikat, tumbuh stabil sebesar 2,7 persen pada tahun 2025 dan 2026, sama seperti pada tahun 2024, Selasa (21/01/2025).
Meskipun demikian, negara-negara berkembang menghadapi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, sekitar 4 persen per tahun, yang masih di bawah kebutuhan untuk mengurangi kemiskinan dan mencapai target pembangunan.
Laporan Bank Dunia menunjukkan bahwa negara-negara berkembang, yang berkontribusi 60 persen terhadap pertumbuhan global, mengalami perlambatan signifikan sejak dekade 2010-an. Krisis Keuangan Global 2008-2009 dan berkurangnya arus investasi asing langsung menjadi faktor utama penghambat kemajuan.
Sebagai bagian dari Produk Domestik Bruto (PDB) global, negara berkembang kini menyumbang 45 persen dari total PDB global, meningkat dari 25 persen pada tahun 2000. Namun, pertumbuhan pendapatan per kapita di negara-negara berkembang (kecuali Tiongkok dan India) masih tertinggal dibandingkan negara maju, memperlebar kesenjangan ekonomi.
Hambatan utama bagi negara berkembang meliputi beban utang yang tinggi, produktivitas yang lemah, dan dampak perubahan iklim. Chief Economist Bank Dunia, Indermit Gill, menegaskan pentingnya reformasi domestik untuk meningkatkan investasi swasta dan hubungan perdagangan guna menghadapi tantangan ini.
Negara berkembang kini menjadi aktor penting dalam ekonomi global, dengan 40 persen barang ekspornya dikirim ke sesama negara berkembang. Namun, dampak pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh ekonomi maju seperti Amerika Serikat, kawasan Euro, dan Jepang.
Tantangan ke depan mencakup ketidakpastian kebijakan global, ketegangan perdagangan, serta inflasi yang berkelanjutan. Meski demikian, potensi peningkatan dari stimulus di Tiongkok dan belanja konsumen di Amerika Serikat dapat memberi efek positif bagi pertumbuhan global.
Laporan tersebut menekankan pentingnya kerja sama lintas batas untuk memperkuat ekonomi negara berkembang. Langkah seperti modernisasi infrastruktur, reformasi kebijakan perdagangan, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dianggap penting untuk memanfaatkan peluang ekonomi baru.
Dengan kebijakan yang tepat, negara berkembang dapat mengubah tantangan menjadi peluang, termasuk dalam transisi iklim dan pembangunan berkelanjutan. Kerja sama internasional juga diperlukan untuk memperkuat tata kelola perdagangan global, demi prospek yang lebih stabil dan inklusif.