Sumenep – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jate Pulau Gili Raja, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur menggelar lepas pisah bareng alumni dan wali murid pada Selasa (20/06/2023) kemaren.
Diketahui, kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Sumenep Agus Dwi Saputra, dan Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Sekolah Dasar Disdik, Ardiansyah.
Tidak hanya itu saja, Wakil Sekretaris Dewan Pendidikan Sumenep (DPKS) Busri, Camat Giligenting Abd. Said, Danramil, Kapolres Sumenep AKBP Edo Satya Kentriko, dan sejumlah pejabat lain di lingkungan Pemkab Sumenep turut hadir dalam kegiatan tersebut.
Kepala SDN Jate, Matniwan, menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut menyukseskan lepas pisah siswa kelas akhir.
Menurutnya, siswa yang ikut lepas pisah atau siswa yang bakal segera menjadi alumni itu, pada tahun ini sebanyak 8 siswa. Sedangkan siswa baru yang akan masuk di sekolah tersebut sebanyak 15 siswa.
”Anak-anak ini adalah aset kita. Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama. Orang tua diharapkan tetap bisa berperan aktif, karena anak-anak lebih banyak waktunya dengan orang tuanya. Makanya, kami selalu berkolaborasi dan berkoordinasi dengan para orang tua siswa, wali murid dan komite sekolah,” ungkapnya, Selasa (20/06/2023).
Sementara itu, Kadisdik Sumenep Agus Dwi Saputra dalam sambutannya menyampaikan pentingnya kolaborasi lembaga pendidikan dengan para alumni, wali murid dan warga sekolah lainnya. Sebab, tanpa adanya kolaborasi sulit bisa melaksanakan suatu kegiatan dengan maksimal, seperti yang dilaksanakan SDN Jate.
”Lepas pisah siswa kelas akhir SDN Jate ini, benar-benar luar biasa sesuai yang disampaikan panitia, bahwa kegiatan apapun tidak bisa dilaksanakan sendiri tanpa berkolaborasi dengan lingkungan dan warga sekitar,” jelasnya.
Bahkan, kata pria yang akrab disapa Agus, SDN Jate merupakan sekolah yang luar biasa, karena dari 600-san SD se-Kabupaten Sumenep, hanya 30 sekolah yang masuk sekolah penggerak. Salah satunya SDN Jate. Kenapa bisa masuk sekolah penggerak, tentunya karena kepala sekolahnya yang dinilai luar biasa.
“Dikatakan luar biasa karena, untuk masuk kepada tahapan sekolah penggerak, yang diasesmen adalah individu kepala sekolah. Bukan muridnya, bukan sarpasnya, dan bukan yang lain, tetapi individu kepala sekolah. Jadi, siswa yang masuk di SDN Jate, akan luar biasa,” tegasnya.
Karenanya, menurut Agus, wali murid tidak perlu khawatir bila menyekolahkan anaknya di SDN Jate yang masuk Program Sekolah Penggerak (PSP) dan telah melaksanakan Proyek Pembuatan Profil Pelajar Pancasila (P5), karena mau tidak mau harus menggunakan kurikulum merdeka.
”Jadi, wali murid sangat beruntung putra-putrinya bisa sekolah di SDN Jate. Buktinya, lembaga sekolah sekarang bisa berkolaborasi dengan para alumni, wali murid dan masyarakat sekitar,” paparnya.
Agus menambahkan, proyeksi kebutuhan untuk anak didik terdapat tiga hal utama dan mendasar, pertama karakter akhlak dan kinerja. Kedua kompetensi, selain ilmu pengetahuan anak didik juga dituntut lebih kreatif, inovatif dan bisa berkolaborasi.
“Kemudian ketiga literasi, anak-anak dituntut memiliki kecakapan dalam mengelola di bidang informasi,” katanya mengakhiri sambutannya.