Bangkalan – Hari libur yang dulunya dimanfaatkan untuk beristirahat kini berubah menjadi momen konsumtif. Banyak orang menghabiskan waktu liburan untuk berbelanja, rekreasi, atau menikmati hiburan, yang sering kali memicu pengeluaran besar.
Menurut sosiolog Bagong Suyanto, aktivitas seperti mengunjungi tempat wisata atau restoran kini menjadi pilihan utama masyarakat modern. Dorongan untuk membagikan momen liburan di media sosial juga memengaruhi tren ini.
Orang-orang merasa terdorong menunjukkan gaya hidup yang terlihat “berkelas,” sehingga menambah tekanan untuk mengeluarkan lebih banyak uang.
Faktor pendorong pemborosan di hari libur: pertama, komodifikasi hari libur. Diskon dan promosi dari industri pariwisata dan ritel mendorong masyarakat berbelanja tanpa mempertimbangkan kebutuhan.
Kedua, budaya konsumtif. Media sosial menciptakan tekanan sosial untuk tampil mewah, menjadikan konsumsi berlebih sebagai tren.
Ketiga, hedonisme. Banyak orang memilih aktivitas yang memanjakan diri, seperti wisata kuliner atau belanja, yang meningkatkan pengeluaran.
Keempat, kurangnya kesadaran finansial. Pengeluaran spontan tanpa perencanaan menjadi penyebab utama borosnya anggaran liburan.
Kebiasaan ini dapat menyebabkan masalah keuangan pribadi, terutama bagi mereka dengan pendapatan terbatas. Secara sosial, tren ini memperlebar kesenjangan antara yang mampu dan tidak mampu menikmati gaya hidup konsumtif.
Untuk mengatasinya, penting bagi masyarakat untuk mengelola anggaran dengan bijak dan mencari aktivitas liburan sederhana yang tetap menyenangkan.
Hari libur idealnya dimanfaatkan untuk istirahat dan kesenangan yang seimbang, tanpa perlu membebani keuangan.