Bangkalan – Kalender Ibrani Kuno atau Kalender Yahudi adalah salah satu kalender paling unik di dunia. Menurut Encyclopedia Britannica, kalender ini mengadopsi sistem lunisolar, yaitu penghitungan berdasarkan posisi bulan dan matahari, Senin (13/01/2025).
Menurut Elon Gilad (2014), Kelender Ibrani Kuno memliki ciri-ciri: pertama, menggunakan prasasti batu kapur yang mencantumkan bulan dan waktu dalam setahun. Kedua, bulan-bulan dalam kalender Ibrani kuno disebut “bulan X” dengan X menunjukkan aktivitas pertanian utama pada bulan tersebut.
Ketiga, Kalender Ibrani kuno tidak menandai berlalunya tahun lama dan dimulainya tahun baru. Keempat, tahun baru dalam kalender Ibrani kuno ditempatkan di musim gugur.
Sistem lunisolar, menurut Encyclopedia Britania, memungkinkan kalender memiliki 12 bulan lunar dengan durasi masing-masing 29 atau 30 hari. Oleh karena itu, satu tahun dalam kalender ini terdiri dari 353 hingga 355 hari.
Penyesuaian antara tahun lunar (354 hari) dan tahun solar (365 1/4 hari) dilakukan dengan menambahkan tahun kabisat secara periodik. Dalam tahun kabisat, ditambahkan bulan Adar Pertama yang berdurasi 30 hari sebelum bulan Adar Kedua.
Tahun kabisat dalam Kalender Ibrani terjadi tujuh kali dalam setiap siklus 19 tahun, yang dikenal sebagai Siklus Metonik. Struktur ini menghasilkan variasi jumlah hari dalam setahun, yaitu dari 353 hingga 385 hari.
Selain itu, hari pertama bulan dalam Kalender Yahudi dapat jatuh pada hari apa pun dalam minggu. Posisi hari raya Yahudi tetap sama dalam kalender, tetapi hari pelaksanaannya dalam minggu berubah setiap tahun.
Nama bulan dalam Kalender Ibrani meliputi Tishri (30 hari), Heshvan (29 hari), Kivlev (30 hari), Tebet (29 hari), Shebat (30 hari), Addar (29 hari), Nisan (30 hari), Iyar (29 hari), Sivan (30 hari), Tammuz (29 hari), Ab (30 hari), dan Elul (29 hari). Pada tahun kabisat, hari libur bulan Adar dirayakan di Adar Kedua.
Kalender Ibrani ini menghitung tahun sejak penciptaan dunia, yang ditetapkan pada tahun 3761 SM. Tanggal-tanggal dalam Kalender Ibrani disebut AM (Latin: Anno Mundi, “Tahun Dunia”) dan BCE (Before Common Era, Latin: Antes De La Era Común, “Sebelum Era Umum”).
Kalender Yahudi memiliki sejarah panjang yang kompleks, dengan asal usulnya sulit ditelusuri secara akurat. Sejak tahun 1948, kalender ini mencatat Iyar 5 sebagai Hari Kemerdekaan Israel, mencerminkan perpaduan tradisi agama dan peristiwa modern.
Pada masa awal, Israel kuno diduga menggunakan kalender solar, tetapi bukti menunjukkan adopsi sistem lunisolar seperti Kalender Babilonia. Selama periode Bait Suci Kedua, Sanhedrin, dewan tetua di Yerusalem, bertanggung jawab atas penentuan kalender berdasarkan pengamatan Bulan Baru.
Setelah Sanhedrin runtuh, pengaturan kalender beralih ke patriarkat Palestina hingga Hillel II memperkenalkan kalender tetap pada tahun 359 M. Kalender ini mengandalkan perhitungan astronomis dan dirangkum oleh Maimonides dalam Kode: Penyucian Bulan Baru, meskipun perdebatan muncul pada abad ke-10.
Komunitas sektarian seperti Laut Mati dan Karaite memiliki variasi kalender tersendiri, mencerminkan perbedaan keyakinan dan praktik. Terlepas dari perbedaan tersebut, Kalender Yahudi terus berkembang sebagai simbol hubungan unik antara astronomi, budaya, dan agama.