Site icon Madurapers

Mengenal Kalender Tionghoa: Warisan Budaya dan Maknanya dalam Kehidupan

Kalender Tionghoa berbasis siklus matahari dan bulan, yang membentuk kalender lunisolar

Kalender Tionghoa berbasis siklus matahari dan bulan, yang membentuk kalender lunisolar (Sumber Foto: Tao Thay Shang Men, 2020).

Bangkalan – Kalender Tionghoa, atau disebut juga kalender lunar, adalah salah satu kalender tertua yang masih digunakan hingga kini. Kalender ini memainkan peran penting dalam budaya, tradisi, dan perayaan masyarakat Tionghoa.

Berbeda dengan Kalender Gregorian yang berbasis matahari, Kalender Tionghoa mengombinasikan siklus matahari dan bulan. Sistem ini menciptakan kalender lunisolar yang unik dan rumit.

Kalender Tionghoa didasarkan pada perhitungan astronomi yang sangat presisi. Setiap bulan dimulai dengan bulan baru dan berlangsung selama 29 atau 30 hari.

Setiap tahun dalam kalender ini memiliki lambang hewan dari siklus zodiak Tionghoa yang terdiri dari 12 hewan. Siklus ini meliputi tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.

Penetapan lambang hewan ini berkaitan dengan legenda Kaisar Giok, yang mengadakan perlombaan untuk memilih hewan dalam zodiak. Kisah ini menunjukkan bagaimana budaya Tionghoa menghargai cerita rakyat dan simbolisme.

Selain lambang hewan, kalender ini juga memadukan elemen dari teori lima unsur, yaitu kayu, api, tanah, logam, dan air. Kombinasi elemen dan hewan menghasilkan siklus 60 tahun yang disebut siklus Jiazi.

Perayaan Tahun Baru Imlek adalah salah satu tradisi terpenting yang berdasarkan Kalender Tionghoa. Tahun Baru Imlek dirayakan pada hari pertama bulan pertama kalender ini dan berlangsung selama 15 hari.

Perayaan lainnya, seperti Festival Pertengahan Musim Gugur, Festival Qingming, dan Festival Perahu Naga, juga mengikuti penanggalan Tionghoa. Setiap perayaan memiliki makna simbolis dan spiritual yang mendalam.

Kalender Tionghoa tidak hanya berfungsi untuk menentukan tanggal perayaan, tetapi juga memengaruhi kehidupan sehari-hari. Penentuan tanggal baik untuk pernikahan, pindah rumah, atau memulai usaha sering merujuk pada kalender ini.

Keberadaan kalender ini juga penting dalam dunia pertanian. Penanggalan tradisional ini membantu petani menentukan waktu tanam dan panen berdasarkan musim.

Meski memiliki akar yang sangat tradisional, kalender tersebut tetap relevan hingga kini. Di era modern, kalender ini sering dikombinasikan dengan Kalender Gregorian untuk memudahkan kehidupan sehari-hari.

Sebagai warisan budaya, Kalender Tionghoa mencerminkan nilai-nilai harmonisasi antara manusia dan alam. Sistem ini mencerminkan bagaimana nenek moyang masyarakat Tionghoa hidup berdampingan dengan ritme alam.

Pengetahuan tentang kalender tersebut kini tidak hanya terbatas pada komunitas Tionghoa. Banyak orang dari berbagai latar belakang mempelajari kalender ini karena keunikan dan makna simboliknya.

Dengan kekayaan sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya, Kalender Tionghoa menjadi salah satu warisan dunia yang patut dilestarikan. Pengetahuan ini tidak hanya memperkaya wawasan tetapi juga membantu kita memahami cara pandang nenek moyang terhadap dunia.

Exit mobile version