Nebukadnezar II merupakan seorang raja penakluk terbesar dari Kekaisaran Babilonia Baru atau Dinasti Kasdim. Kerajaan dan wilayah yang pernah ditaklukkan antara lain Kerajaan Yahuda, Mesir, Asyur, Fenisia, Filistin, Israel, Mesir, kerajaan di wilayah Hatti, wilayah Arabia Utara, Yerussalem, dan sebagian Asia Kecil.
Di Babilonia Baru (selanjutnya akan disebut Babilonia) dia juga dikenal dengan nama Bakhat Nasar, yakni si-pemenang nasib. Ia berkuasa di Babilonia selama 43 tahun pada 605-562 Sebelum Masehi (MS).
Nebukadnezar II naik tahta di Kerajaan Khaldea, Kekaisaran Babilonia, pada 7 September 605 SM, pasca ayahnya, Nabopolassar Raja Babilonia pertama, meninggal dunia di Kota Babilon, ibu kota Babilonia, pada 15 Agustus 605 SM.
Nebukadnezar II adalah putra tertua Raja Nabopolassar. Ia lahir di Kota Uruk, Sumeria (kemudian berubah nama menjadi Babilonia), pada 642 SM dan meninggal dunia di Kota Babilon, Babilonia, pada 7 Oktober 562 SM, di usia 80 tahun.
Selama 43 tahun memerintah Babilonia, ia banyak melakukan peperangan, penyerangan, pembunuhan, dan perampasan harta benda kerajaan lain. Meski kejam, ia juga dikenal sebagai raja yang ahli strategi perang, diplomasi internasional, dan pembangunan.
Dengan taktik dan strategi militer yang brilian, ia mampu menaklukkan banyak kerajaan-kerajaan besar dan kecil di sekitar wilayah kerajaannya. Perang dan penaklukan ini merupakan salah satu kebijakan utamanya, yakni kebijakan ekspansi terhadap kerajaan dan wilayah lain.
Kebijakan ekspansi ini banyak dipengaruhi oleh tradisi Kekaisaran Asyur. Legitimasi kebijakannya berdasarkan pada restu Marduk (dewa), yang menurut klaimnya telah memberikan kepadanya kerajaan universal.
Keahliannya dalam diplomasi terlihat saat dia mengirimkan seorang duta Kerajaan Babilonia (Nabonidus, penerusnya) untuk menengahi perselisihan antara Media dan Lidia di Asia Kecil.
Dalam pembangunan diperlihatkan ketika dia membangun kembali kerajaan Babilonia. Pembangunan tersebut seperti memperluas benteng pertahanan kerajaan, membangun parit besar dan tembok pertahanan luar yang baru, mengeraskan jalan prosesi upacara dengan batu kapur, membangun kembali dan menghiasi kuil-kuil utama, dan memotong kanal.
Menurut klaimnnya, ia lakukan itu semua untuk menghormati dewa-dewa besar. Berbeda dengan para pendahulunya, yang membangun istana di tempat lain, di luar Babel, yang digunakan hanya merayakan pesta tahun baru.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.