Site icon Madurapers

Pemimpin Gemoy di Pilpres 2024, Ternyata tak (Riil) Nyata dan Hanyalah Mitos

Mashuri adalah pengiat media sosial, pengamat dari Lembaga Studi Perubahan dan Demokrasi (LSpD) yang merupakan Sarjana Filsafat UIN Sunan Kalijaga

Mashuri adalah pengiat media sosial, pengamat dari Lembaga Studi Perubahan dan Demokrasi (LSpD) yang merupakan Sarjana Filsafat UIN Sunan Kalijaga (Dok. Madurapers, 2023)

Bangkalan – Salah satu dari lima mitos yang muncul jelang Pilpres 2024, menurut Okky Madasari penulis novel terkenal di Indonesia, adalah “pemimpin gemoy”. “Pemimpin gemoy” ini menurut Mashuri pegiat media sosial adalah tak (riil) nyata, Jumat (08/12/2023).

Dalam KBBI, ungkap Mashuri, “pemimpin” adalah orang yang memimpin, sedangkan “gemoy” dalam konteks bahasa gaul lebih dekat dengan kata “menggemaskan”, yang artinya menyebabkan gemas (sangat suka dan jengkel). Jadi, “pemimpin gemoy” adalah seorang pemimpin yang sangat disukai.

Apakah benar? Jika dibedah menggunakan sudut pandang filsafat empirisme Francis Bacon, menurut Mashuri alumni Filsafat UIN Sunan Kalijaga, itu hanyalah fabrikasi (proses pembuatan opini publik, red.) Paslon Nomor Urut 2 Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Motifnya mudah ditebak, yakni untuk menciptakan opini publik dalam Pilpres 2024. Tapi sayangnya, secara empirik (kenyataannya, red.) hanya menciptakan “kebenaran palsu”.

Dalam kaca mata Francis Bacon, fabrikasi itu membuat berhala atau idola dalam pikiran masyarakat yang menghalangi pemilih Pilpres 2024 menemukan kebenaran sesungguhnya. Jelas itu tak nyata (benar-benar ada, red.) dan palsu, yang menurut Mashuri pengamat dan peneliti Lembaga studi Perubahan dan Demokrasi (LsPD), tak sesuai dengan kenyataan.

Inilah yang dikatakan Francis Bacon sebagai “The Idols of the Market Place (Idola Fori)”. Dalam idola ini (idola pasar atau fori, red.) kebenaran hanya berdasarkan atau ikut-ikutan pendapat umum. Padahal idola itu hanyalah fabrikasi pendapat bentukan produsen (konsultan politik dan timses, red.) “pemimpin gemoy” di Pilpres 2024 yang tak riil/nyata.

Untuk itu, ajak Mashuri, pemilih harus cerdas mencari kebenaran Paslon Capres-Cawapres di Pilpres 2024 yang sesunguhnya memiliki kompetensi (kemampuan yang dibutuhkan Capres-Cawapres, red.) dan prestasi. Caranya, sapih atau singkirkan “idola pasar” “pempimpin gemoy” yang difabrikasi untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tak nyata (tak empirik, red.).

“Lihat aja Capres-Cawapres yang katanya “gemoy”! Apa benar dan sesuai dengan kenyataan? Kalau benar, tak seharusnya mereka membuat blunder, marah-marah, dan mau menjelaskan visi, misi, dan program kerjanya. Bukan ditanya publik, malah dijawab joget-joget,” ungkapnya.

Sesuai dengan pendapat Mashuri, dalam sudut pandang sosiologi pengetahuan Okky Madasari, ternyata “pemimpin gemoy” hanyalah mitos, yaitu sesuatu yang belum tentu benar tapi dibenarkan.

Pasangan Capres-Cawapres yang menonjolkan ke-gemoy-an; joget-joget, lucu-lucuan, dan bentuk kemasan produk yang gimik-gimik, merupakan sosok yang dimitoskan layak dipilih (Pilpres 2024, red.), ternyata hanyalah mitos. Hal ini karena pemimpin yang layak dipilih dalam Pilpres 2024 berdasarkan subtansinya, yakni kompetensinya.

Itu artinya, menafsir pendapat Okky Madasari (red. Madurapers), pemimpin yang menghindari menjelaskan dan mengkomunikasikan gagasannya, dengan joget dan senang-senang, hanyalah untuk melekatkan kesadaran “mitos pemimpin gemoy” kepada pemilih di Pilpres 2024.

Konsekuensinya, ada tendensi, bahwa anak muda pemilih Pilpres 2024, terutama pemilih gen z dan milenial, sukanya seperti itu. Padahal belum tentu mereka begitu. Jadi, upaya pemitosan “pemimpin gemoy” ini merupakan pembodohan dan penghinaan terhadap anak gen z dan generasi milenial.

Exit mobile version