Site icon Madurapers

Penutupan Silicon Valley Bank Tidak Berdampak Langsung Terhadap Industri Perbankan Indonesia

Industri Perbankan Indonesia tidak terpengaruh langsung dengan penutupan Silicon Valley Bank (SVB) oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) Amerika Serikat, pada Jumat, 10 Maret 2023 (Dok. Madurapers, 2023).

Jakarta – Penutupan Silicon Valley Bank (SVB) oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) Amerika Serikat pada 10 Maret 2023 lalu tidak akan berdampak langsung terhadap industri perbankan Indonesia, Selasa (14/3/2023).

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Siaran Persnya, Senin (13/3/2023), hal itu karena industri perbankan Indonesia memiliki kondisi yang kuat dan stabil.

Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengatakan, perbankan Indonesia tidak memiliki hubungan bisnis, facility line maupun investasi pada produk sekuritisasi SVB. Jadi, penutupan SVB diprediksi tidak berdampak terhadap industri perbankan Indonesia.

Berbeda dengan SVB dan perbankan di AS umumnya, bank-bank di Indonesia tidak memberikan kredit dan investasi kepada perusahaan technology startups maupun kripto.

OJK berharap, kata Dian, agar masyarakat dan Industri di Indonesia tidak terpengaruh terhadap berbagai spekulasi yang berkembang di kalangan masyarakat.

Menurutnya, pasca krisis keuangan tahun 1998 Indonesia telah melakukan langkah-langkah yang mendasar,bdalam rangka penguatan kelembagaan, infrastruktur hukum, dan penguatan tata kelola serta perlindungan nasabah, yang telah menciptakan sistem perbankan yang kuat, resilien dan stabil.

Hal ini tercermin dari kinerja industri perbankan yang terjaga baik dan solid serta tetap tumbuh positif di tengah tekanan perekonomian domestik dan global yang selama ini berlangsung.

Kondisi perbankan Indonesia terkini, kata Dian, menunjukkan kinerja likuiditas yang baik. AL/NCD dan AL/DPK di atas threshold, yakni sebesar 129,64 persen dan 29,13 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Aset perbankan juga terjaga pada komposisi yang proporsional dengan komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang didominasi oleh current account and saving account (CASA) atau dana murah yang semakin meningkat, sehingga tidak sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Demikian juga kinerja lainnya, seperti risiko kredit, risiko pasar, permodalan, dan profitabilitas, masih terjaga dan tumbuh positif.

Selain itu, saat ini tidak ada bank umum di Indonesia yang masuk dalam kategori “Bank Dalam Resolusi”, yaitu bank yang mengalami kesulitan keuangan, membahayakan kelangsungan usahanya, dan tidak dapat disehatkan.

OJK terus melakukan berbagai langkah kebijakan kolaboratif dan sinergi dengan Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, baik secara langsung maupun melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka mengantisipasi dampak dan tekanan global yang mungkin terjadi.

OJK memastikan akan terus meningkatkan pemantauan terhadap berbagai perkembangan yang terjadi secara global dan implikasinya terhadap Perbankan Indonesia, memastikan penerapan manajemen risiko dan tata kelola Bank yang baik dalam setiap aktivitas pengelolaan portofolio aset produktif dan pendanaan serta memitigasi risiko konsentrasi yang berdampak terhadap kinerja keuangan Bank.

OJK juga meminta perbankan untuk senantiasa melakukan langkah-langkah strategis antara lain meningkatkan fungsi maupun peran Asset & Liability Committeedalam melakukan pengelolaan aset dan kewajiban, mengevaluasi kecukupan pencadangan risiko, melakukan stress test yang komprehensif serta mengkaji dan mengkinikan recovery dan resolution plan secara berkala.

Kebijakan OJK ke depan akan terus diarahkan untuk menciptakan situasi kondisi yang semakin kondusif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Exit mobile version