Site icon Madurapers

Perdagangan Indonesia: Ekspor Naik, Impor Mengikuti

Ilustrasi arus perdagangan Indonesia. Persaingan ini pada bulan Februari tahun 2025 mengalami surplus

Ilustrasi arus perdagangan Indonesia. Persaingan ini pada bulan Februari tahun 2025 mengalami surplus (Dok. Madurapers, 2025).

Jakarta – Ekspor Indonesia pada Februari 2025, menurut data BPS,  mencapai US$21,98 miliar, naik 2,58 persen dari Januari 2025. Sementara impor meningkat 5,18 persen menjadi US$18,86 miliar.

Dibanding Februari 2024, ekspor mengalami kenaikan signifikan sebesar 14,05 persen. Sebaliknya, impor hanya tumbuh 2,30 persen dalam periode yang sama.

Secara kumulatif, ekspor Januari–Februari 2025 mencapai US$43,41 miliar, naik 9,16 persen dibanding tahun sebelumnya. Ekspor nonmigas mendominasi dengan US$41,21 miliar atau naik 10,92 persen.

Di sisi lain, impor kumulatif Januari–Februari 2025 tercatat US$36,80 miliar, turun 0,36 persen dari tahun lalu. Impor migas menyusut 5,77 persen, sementara nonmigas naik tipis 0,62 persen.

Surplus perdagangan Februari 2025 mencapai US$3,12 miliar. Kinerja positif ini didorong oleh surplus sektor nonmigas sebesar US$4,84 miliar, meski sektor migas mencatat defisit US$1,72 miliar.

Ekspor nonmigas terbesar berasal dari industri pengolahan dengan pertumbuhan 21,32 persen. Ekspor pertanian melonjak 49,02 persen, sementara sektor pertambangan turun 31,13 persen.

Lemak dan minyak hewan/nabati menjadi komoditas ekspor dengan kenaikan tertinggi, mencapai 37,04 persen. Sebaliknya, ekspor nikel dan produk turun drastis 26,18 persen.

Tiongkok tetap menjadi tujuan ekspor utama dengan nilai US$4,29 miliar. Amerika Serikat dan India menyusul dengan US$2,35 miliar dan US$1,65 miliar.

Sementara itu, impor nonmigas terbesar berasal dari Tiongkok dengan US$6,05 miliar. Jepang dan Thailand berada di posisi berikutnya dengan US$1,26 miliar dan US$0,87 miliar.

Golongan barang impor yang mengalami peningkatan tertinggi adalah logam mulia dan perhiasan/permata, naik 110,26 persen. Sebaliknya, mesin/peralatan mekanis turun 4,47 persen.

Provinsi dengan kontribusi ekspor terbesar adalah Jawa Barat, mencapai US$6,23 miliar. Jawa Timur dan Kepulauan Riau menyusul dengan US$4,07 miliar dan US$3,85 miliar.

Dari sisi impor, bahan baku/penolong mendominasi dengan kontribusi 73,14 persen. Barang modal menyumbang 18,40 persen, sementara barang konsumsi hanya 8,46 persen.

Jika tren ini berlanjut, Indonesia berpotensi mempertahankan surplus perdagangan. Penguatan ekspor sektor industri dan pertanian menjadi kunci untuk menjaga momentum pertumbuhan.

Pemerintah perlu terus mendorong ekspor produk bernilai tambah tinggi. Di sisi lain, efisiensi impor harus diperhatikan agar defisit migas tidak menggerus surplus perdagangan.

Exit mobile version