Jakarta – Pada bulan Januari 2024, menurut data BPS RI, nilai ekspor Indonesia mencapai US$20,52 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 8,34 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Desember 2023. Jika dibandingkan dengan Januari 2023, terjadi penurunan sebesar 8,06 persen, Kamis (29/2/2024).
Sektor nonmigas mendominasi nilai ekspor pada periode ini, mencapai US$19,13 miliar, dengan penurunan sebesar 8,54 persen dari bulan sebelumnya.
Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh penurunan ekspor bahan bakar mineral sebesar 20,81 persen, namun terdapat peningkatan pada ekspor lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 10,36 persen.
Dalam sektor industri pengolahan, terjadi penurunan ekspor sebesar 3,69 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Begitu juga dengan sektor pertambangan dan sektor lainnya, yang mengalami penurunan sebesar 23,54 persen. Namun, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami sedikit kenaikan sebesar 0,11 persen.
Ekspor nonmigas terbesar Indonesia pada Januari 2024 adalah ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan India, dengan total kontribusi mencapai 43,64 persen. Sementara itu, ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa masing-masing mencapai US$3,26 miliar dan US$1,48 miliar.
Dilihat dari provinsi asal barang, Jawa Barat merupakan penyumbang terbesar ekspor Indonesia pada bulan Januari 2024, diikuti oleh Kalimantan Timur dan Jawa Timur.
Sementara itu, nilai impor Indonesia pada bulan yang sama mencapai US$18,51 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 3,13 persen dari bulan sebelumnya atau naik 0,36 persen dibandingkan dengan Januari 2023.
Impor migas mengalami penurunan yang signifikan sebesar 19,99 persen dari bulan sebelumnya, sementara impor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen.
Penurunan impor barang nonmigas terbesar terjadi pada bahan bakar mineral, sementara peningkatan terbesar terjadi pada mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya.
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2024 adalah Tiongkok, Jepang, dan Thailand. Sedangkan impor nonmigas dari ASEAN dan Uni Eropa juga mencatat kontribusi yang signifikan.
Dilihat dari golongan penggunaan barang, terjadi peningkatan pada impor barang modal dan barang konsumsi, namun terdapat penurunan pada impor bahan baku/penolong.
Meskipun terjadi penurunan pada impor migas, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 masih mengalami surplus sebesar US$2,02 miliar, terutama didorong oleh surplus sektor nonmigas sebesar US$3,32 miliar, meskipun tereduksi oleh defisit sektor migas sebesar US$1,30 miliar.