Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencermati kondisi perekonomian Indonesia, khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19 di akhir tahun 2021, Kamis (30/12/2021).
BI menyampaikan secara kontinyu per periodik perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah.
Dilansir dari siaran pers BI No.23/339/DKom di laman BI, Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono Direktur Eksekutif Informasi tentang BI, menjelaskan bahwa indikator yang dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, yakni: (1) perkembangan nilai tukar 20 -24 Desember 2021, dan (2) inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali, Jumat (24/12/2021).
Pada akhir hari Kamis, 23 Desember 2021: pada perkembangan nilai tukar 20 -24 Desember 2021: (1) rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.247 per dolar AS, (2) SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,35%, (3) DXY melemah ke level 96,02, (4) Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,493%.
Pada pagi hari Jumat, 24 Desember 2021: (1) rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.170 per dolar AS, dan (2) Yield SBN 10 tahun turun pada level 6,33%.
Aliran modal asing (Minggu IV Desember 2021): (1) premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 76,01 bps per 23 Desember 2021 dari 75,44 bps per 17 Desember 2021, dan (2) berdasarkan data transaksi 20-23 Desember 2021, non-residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp0,13 triliun terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar Rp0,08 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp0,21 triliun.