I. KELAM, MATI, DAN SAKIT
Sarayu malam merasuk atma
Chandra terdiam menyaksikan gundah
Terpaan angin membawa citta
Kalbu terdayuh kala mengingatmu
Pikirku pun mulai mengerti
Mengingat kenangan penuh cinta dan luka
Cukup…
Rasa sesak ini ingin kuakhiri
Mata membancang tetes air pilu
Lintang berkedip penuh nestapa
Sejenak dirimu seperti nyata
Hadir kembali bak emas baswara
Air mata menetes penuh rindu
Dirimu ada tetapi gata
Bayangmu hirap seketika
Saat dersik dan derai datang bersama
Kini harus kutahan lagi rasa sakit ini
Menanti dirimu yang telah pergi
II. SISI HITAM
Aku tak pandai merangkai kata
Bukan seorang pelantun musik yang indah
Tidak ahli dalam meracik asam dan basa
Aku adalah aku
Yang tetap menjadi diriku
Tidak istimewa apalagi sempurna
Tapi meraka menuntutku jadi apa yang mereka mau
Dunia hanya bisa melihat tanpa bisa memahami
Diriku direndung pelik
Rintihan tangis tanpa suara
Jiwa jiwa yang ada
Harus terluka karena dunia
Melihat dengan mata
Bukan berarti melihat segalanya
Apakah salah jika marah?
Cukup lelah dan ingin menyerah
Serba salah dan tak punya arah
III. JANUARI 2021
Nabastala tersenyum penuh pesona
Kaki melangkah tanpa resah
Menyusuri saban petak lagi
Berjalan menuju kampus merah
Terdiam menikmati Kirana
Satu hingga puluhan
Melintas lalu pergi
Dan aku
Menemukanmu di depan mata
Tanpa sapa dan tawa
Kali pertama kita berjumpa
Bertatap lalu berpaling
Walau sedetik pair jantung mengusik
Entah siapa akan kusebut
Dirimu yang belum kusapa