Puisi  

Puisi-puisi Lutfiyah Cahya Fajarin

Ilustrasi oleh Tim Madura Pers

I. KELAM, MATI, DAN SAKIT

 

Sarayu malam merasuk atma

Chandra terdiam menyaksikan gundah

Terpaan angin membawa citta

Kalbu terdayuh kala mengingatmu

 

Pikirku pun mulai mengerti

Mengingat kenangan penuh cinta dan luka

Cukup…

Rasa sesak ini ingin kuakhiri

Mata membancang tetes air pilu

Lintang berkedip penuh nestapa

 

Sejenak dirimu seperti nyata

Hadir kembali bak emas baswara

Air mata menetes penuh rindu

Dirimu ada tetapi gata

 

Bayangmu hirap seketika

Saat dersik dan derai datang bersama

Kini harus kutahan lagi rasa sakit ini

Menanti dirimu yang telah pergi

 

II. SISI HITAM

 

Aku tak pandai merangkai kata

Bukan seorang pelantun musik yang indah

Tidak ahli dalam meracik asam dan basa

Aku adalah aku

Yang tetap menjadi diriku

 

Tidak istimewa apalagi sempurna

Tapi meraka menuntutku jadi apa yang mereka mau

Dunia hanya bisa melihat tanpa bisa memahami

 

Diriku direndung pelik

Rintihan tangis tanpa suara

Jiwa jiwa yang ada

Harus terluka karena dunia

 

Melihat dengan mata

Bukan berarti melihat segalanya

Apakah salah jika marah?

Cukup lelah dan ingin menyerah

Serba salah dan tak punya arah

 

III. JANUARI 2021

 

Nabastala tersenyum penuh pesona

Kaki melangkah tanpa resah

Menyusuri saban petak lagi

Berjalan menuju kampus merah

 

Terdiam menikmati Kirana

Satu hingga puluhan

Melintas lalu pergi

Dan aku

Menemukanmu di depan mata

Tanpa sapa dan tawa

 

Kali pertama kita berjumpa

Bertatap lalu berpaling

Walau sedetik pair jantung mengusik

Entah siapa akan kusebut

Dirimu yang belum kusapa

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca