Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan tipis pada pertengahan April 2025. Pada Kamis pagi, 17 April 2025, rupiah dibuka di level Rp16.810 per dolar AS, menguat dari penutupan sebelumnya di Rp16.820.
Penguatan rupiah seiring dengan pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang turun ke 99,38. Hal ini menandakan tekanan global terhadap dolar AS mulai mereda.
Bank Indonesia mencatat penurunan yield US Treasury 10 tahun menjadi 4,27%. Kondisi ini memberikan ruang stabilitas bagi aset-aset keuangan di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di sisi domestik, yield SBN 10 tahun turun menjadi 6,93% dan tetap stabil hingga 17 April. Hal ini mencerminkan persepsi pasar yang relatif positif terhadap kondisi ekonomi dalam negeri.
Namun demikian, aliran modal asing menunjukkan tekanan keluar dari pasar saham Indonesia. Pada periode 14–16 April 2025, nonresiden melakukan jual neto Rp13,01 triliun di pasar saham.
Meskipun demikian, investor asing mencatat beli neto Rp3,28 triliun di pasar SBN. Hal ini menandakan minat yang tetap kuat terhadap instrumen utang negara.
Di sektor Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), tercatat jual neto Rp2,24 triliun oleh nonresiden. Hal ini turut memberi tekanan terhadap pasar keuangan domestik.
Secara kumulatif sepanjang 2025 hingga 16 April, nonresiden telah jual neto Rp36,86 triliun di pasar saham. Sebaliknya, terjadi akumulasi beli neto Rp9,63 triliun di pasar SBN.
Premi CDS Indonesia lima tahun turun ke 106,39 bps dari sebelumnya 111,73 bps. Penurunan ini mencerminkan persepsi risiko Indonesia yang mulai membaik.
Bank Indonesia menegaskan komitmennya memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait. Strategi bauran kebijakan terus dioptimalkan untuk menjaga ketahanan eksternal ekonomi nasional.