Hikmah  

Sikap Menyambut Bulan Suci Ramadhan

orang Islam sedang berdoa di bulan suci Ramadhan
Ilustrasi orang Islam sedang berdoa di bulan suci Ramadhan (Dok. Madurapers, 2022).

Bangkalan – Beberapa sikap yang harus dilakukan umat Islam dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Sikap tersebut menurut Ihsan Faisal (ASN Kemenag) antara lain adalah sebagai berikut.

Pertama, berdoa pada Allah agar bisa memasuki bulan Ramadan dengan kondisi yang baik. Hal ini dibuktikan oleh Rasul s.a.w., dan para sahabatnya, mereka sudah memanjatkan doa sejak bulan Rajab.

Dalam salah satu haditsnya, Rasul berdoa: Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami untuk masuk bulan Ramadhan. (H.R. Ahmad dan Thabrani dari Anas bin Malik)

Selain itu, ada juga doa yang biasa dipanjatkan Rasul s.a.w.,: Ya Allah selamatkanlah diriku untuk (mengisi) bulan Ramadhan, dan selamatkanlah bulan Ramadhan untukku, dan selamatkan pula segala ibadahku sebagai ibadah yang diterima. (H.R. At-Tirmidzi)

Kedua, bersyukur atas nikmat Ramadhan yang telah diberikan Allah S.W.T. Syukur ini merupakan bentuk ekspresi kegembiraan manusia ketika diberi kesempatan kembali oleh Allah S.W.T., untuk memanfaatkan momentum ibadah puasa Ramadhan semaksimal mungkin.

Imam Nawawi menjelaskan bahwa jika seseorang (manusia) diberikan kebahagiaan oleh Allah S.W.T., maka dia wajib untuk mensyukurinya.

Ketiga, bergembira dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Sikap kegembiraan ini merupakan indikator keimanan seseorang.

Sikap ini pula yang menunjukkan bahwa orang tersebut mengetahui dengan yakin segala yang terkandung dalam bulan Ramadhan seperti keberkahan, dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan sebagainya.

Keempat, merancang agenda kegiatan di bulan suci Ramadhan. Perencanaan yang matang menunjukkan perhatian yang penuh terhadap bulan Ramadhan sekaligus berusaha mengefektifkan waktu yang hanya sebentar (1 bulan) sehingga kualitas amal merupakan fokus utama.

Rancangan kegiatan di bulan suci Ramadhan ini bisa berlaku untuk individu, keluarga, lingkungan kerja, tempat tinggal, dan sebagainya.

Kelima, menyiapkan ilmu seputar amalan-amalan di bulan suci Ramadhan serta mendawahkannya. Setiap amalan tentu harus sesuai dengan landasan ilmunya.

Kesesuaian hal tersebut akan menentukan diterimanya amal oleh yang menghendaki (Allah S.W.T). Dalam Al-Qur’an (Q.S. Al-Anbiya: 7) disebutkan: “Maka bertanyalah kalian kepada orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”

Keenam, menyambut bulan suci Ramadan dengan berusaha meninggalkan perbuatan dosa dan amal buruk lainnya. Memang bisa dirasakan bahwa peluang seseorang untuk berbuat dosa di bulan Ramadan itu kecil.

Tapi jangan dilupakan juga bahwa di bulan suci Ramadhan ini agar/untuk bisa meninggalkan segala hal yang kurang bermanfaat (lagwun/lagha).

Ketujuh, menyambut bulan suci Ramadhan dengan semangat baru. Suasana baru akan dirasakan dan ditemukan pada bulan Ramadhan bila dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya.

Oleh karena itu, dengan suasana Ramadhan ini, sikap-sikap yang perlu ditingkatkan di antaranya: taubat, amalan sunnah, silaturahim dengan keluarga, dan menebar kemanfaatan (khairunnas anfauhum linnaas: sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat di antara mereka).