Nabi Muhammad SAW. Selain sebagai Rasulullah juga sebagai pemimpin umat Islam sejak masa awal turunnya Islam hingga. Banyak kisah yang menyebutkan Nabi merupakan sosok pemimpin panutan, pengayom ummat, berhati dan berakhlak yang baik, berwibawa, dan tegas terutama berkaitan dengan hukum Islam. Namun, jarang yang menyebutkan Nabi Muhammad sebagai pemimpin yang menyenangkan dan sering bergurau.
Sisi kemanusiaan Nabi Muhammad ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari, baik keluarga, sahabat dan lingkungan sekitarnya. Dibalik gurauan Nabi ada makna yang terkandung. Artinya, bergurau tidak boleh menyinggung hati orang lain.
Bergurau merupakan bumbu peyedap komunikasi supaya silaturrahim terjalin harmonis. Banyak tawa dan kebahagiaan yang muncul, alhasil persaudaraa semakin erat. Orang lain pun tidak canggung untuk berkomunikasi atau bertanya tentang hukum Islam kepada Nabi. Begitulah teladan Nabi, setiap gerak dan aktivitasnya memiliki makna yang harus dicontoh oleh umat Islam.
Rekam jejak kehidupan Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk menjaga komunikasi kepada orang lain dengan sebaik-baik komunikasi—mengatakan kebenaran atau yang mengandung hal positif jika disampaikan dengan cara dan waktu yang tidak tepat—hasilnya pun menjadi buruk. Biasanya cenderung dijauhi oleh orang lain karena lisan kita yang meyinggung hati.
Dalam beberapa riwayat disampaikan oleh para sahabat yang memberikan kesaksian moment lucu Nabi ketika bergurau.
Nabi dan Humran bin Aban Ra
Dalam Hadits riwayat Imam Ahmad, pada suatu hari sahabat Humran bin Aban Ra. pernah bercerita tentang Rasululah.
Pada suatu hari ia melihat Ustman bin Affan meminta air untuk berwudhu, kemudian melakukan gerakan wudhu sebanyak tiga kali; membasuh kedua telapak tangan, berkumur-kumur, menghirup air melalui hidungnya, kemudian membasuh wajah, dilajutkan dengan membasuh kedua tangan, mengusap kepala dan terakhir membasuh kedua kaki. Tetiba Rasulullah tertawa dan berkata, “Tidakkah kalian mau bertanya apa yang menyebabkan aku tertawa?”