Site icon Madurapers

Solar Langka dan Mahal, Nelayan di Kepulauan Sapeken tak Melaut Meregang Nyawa

Kapal Nelayan

Terlihat kapal-kapal yang berjejer macet tidak malaut karena kelangkaan BBBM (Sumber: Adam Damanhuri)

Sumenep – Sepuluh hari lamanya Bahan Bakar Minyak (BBM) di kepulauan Sapeken, Sumenep, Madura, langka, hal ini menyebabkan banyak nelayan gagal melaut. Tidak melaut berarti mereka harus menahan lapar karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa mereka lakukan selain bergantung ke hasil tangkapan melaut, Minggu, (20/2/2022).

Langkanya harga BBM di kepulauan Kangean juga ditunjukkan dengan tutupnya 2 APMS/POM yang ada di titik-titik kepulauan yang biasa disinggahi para nelayan untuk mengisi BBM kapalnya.

Sebelum mengalami kelangkaan tersebut, harga BBM solar di 2 APMS/POM itu saja dijual di atas ketentuan Harga Ecer Terendah (HET) yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. BBM jenis solar di jual dengan harga Rp6500-Rp7000 per liternya, seperti pengakuan Sitama, seorang nelayan asal pulau Sapeken.

Tutupnya 2 APMS/POM sontak menyebabkan Harga BBM solar melonjak hingga Rp8000 hingga Rp10.000 per liter, sedangkan pertalite hingga Rp11.000 per liter.

Dua unit APMS/POM di titik-titik kepulauan itu diindikasi bukan kehabisan BBM, melainkan menimbun BBM-nya, sehingga banyak kerugian yang diderita oleh masyarakat yang memerlukan BBM untuk kesehariannya, terutama para nelayan.

Meski ada penjual BBM eceran di antara masyarakat kepulauan Kangean, harganya pun sudah tidak masuk akal dan menyebabkan nelayan memilih untuk tidak beraktivitas seperti biasanya.

Cuaca yang tidak bisa diprediksi selama beberapa hari ini juga menjadi alasan kenapa BBM di kepulauan Kangean langka dan di tahan di APMS/POM untuk dijual oleh para pemiliknya.

Kelangkaan BBM hingga melonjaknya harga jual yang jauh dari HET ini bukan kabar baru di kepulauan Kangean dan Sapeken, Madura.

Bagi penduduk kepulauan yang 80% mata pencahariannya menggantungkan diri ke laut dan perikanan, tentunya hal seperti ini sangat menghambat dan menyusahkan hidup mereka.

Menanggapi peristiwa itu, Badrul Aini, Dewan Perwakil Rakyat (DPRD) Kabupten Sumenep menyebutkan bahwa, kelangkaan yang terjadi di Kepulauan Sapeken bisa menjadi perhatian serius oleh pemerintah pusat, terutama Pertamina.

Menurutnya, kelangkaan BBM ini juga disebabkan oleh adanya permainan pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan posisinya sebagai penyuplai BBM ke kepulauan Sapeken-Kangean, Sumenep, dan ini terjadi selama bertahun-tahun.

Tamparan keras bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, khususnya Pemerintah Kabupaten Sumenep, dengan kasus-kasus BBM yang tiap waktu menjadi permasalahan pelik dan tidak ada ujung solusinya.

“Ini seharusnya menjadi perhatian srious oleh pemerintah, kasihan masyarakat jadi korbannya,” ungkap politisi asal Dapu Kepulauan Sapeken itu, Minggu, (20/2/2022).

Keadaan di kepulauan Sapeken-Kangean ini adalah borok Pertamina yang kurang becus menjalankan instruksi Presiden Jokowi, dengan penerapan BBM satu harga di seluruh wilayah Indonesia.

Jaminan harga BBM sesuai HET yang merupakan urat nadi para nelayan di kepulauan, tidak terkontrol dengan baik, menunjukkan bahwa hal-hal lainnya pasti terbengkalai.

“Sudah saatnya pemerintah Kabupaten Sumenep, dan pemerintah Provinsi Jawa Timur bertindak tegas untuk menyelamatkan warga kepulauan yang terkenal kaya akan gas, hasil laut, dan berbagai sumber daya alam lainnya ini,” pungkas Badrul.

Exit mobile version