Site icon Madurapers

Tak Kunjung Ditemui Bupati Sumenep, Aksi Mogok Makan Berujung Pingsan 

Tolak Amir, anggota Front Keluarga Mahasiswa Sumenep (FMKS), Madura, Jawa Timur (Jatim), yang menggelar aksi mogok makan di depan Kantor Bupati Sumenep pada Rabu (2/3/2023) kemaren. (Sumber Foto: Istimewa). 

Sumenep – Tolak Amir, anggota Front Keluarga Mahasiswa Sumenep (FMKS), Madura, Jawa Timur (Jatim), yang menggelar aksi mogok makan di depan Kantor Bupati Sumenep berujung pingsan. Kamis, 2 Maret 2023.

Bahkan hingga pukul 15.53 WIB sore tadi, Bupati Sumenep atau perwakilan dari Pemkab masih belum menemui Amir yang terbujur lemas di atas ranjang RSUD dr. Moh. Anwar Sumenep.

Diketahui sebelumnya, aksi tunggal tersebut dilakukan sejak Rabu (2/3/2023) kemaren hingga Kamis (2/3/2023). Aksi ini tak lain sebagai bentuk merespon maraknya tambang galian C yang beroperasi secara ilegal di Sumenep.

Kepada sejumlah awak media, pihaknya mengaku bahwa aksi mogok makan yang dilakukan oleh Amir ini sudah berlangsung dua hari karena belum ditemui Bupati Sumenep, Achmad Fauzi.

“Aksi ini untuk menjaga lingkungan di Kota Keris ini. Namun, Bupati Sumenep tidak menemui saya di depan kantornya, maka hari ini akan kembali melakukan aksi,” katanya kepada sejumlah awak media, Kamis (2/3/2023).

Lebih lanjut, dirinya membeberkan bahwa berdasarkan data yang dia miliki, terdapat sekitar 220 titik pertambangan galian C ilegal di Sumenep, yang sangat berpotensi merusak lingkungan hidup karena dilakukan secara tidak prosedural.

“Salah satu pertambangan galian C yang masih tetap beraktivitas secara brutal dan ilegal terletak di Desa Kebunagung, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep,” ungkapnya.

Tolak Amin menduga, aktivitas galian C tersebut menjadi salah satu penyebab sering terjadinya banjir, karena titik lokasi pertambangan tepat berada di pinggir Sungai Kebunagung.

“Sehingga curah hujan langsung mengalir ke sungai karena wilayah resapan yang rusak dan daya tampung sungai tidak kuat hingga meluap,” tegasnya.

Namun tak sampai aksinya selesai, pemuda yang berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Wiraraja tersebut harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Moh. Anwar Sumenep, karena pingsan dan tiba-tiba terkapar di jalan.

Menurut keterangan Aisyah, seorang perempuan yang ikut menolong Amir ke RSUD, kondisi Amir diinfus dan harus menggunakan tabung oksigen.

“Kata dokter, pingsannya Amir disebabkan kelelahan dan tidak makan. Apalagi saat melakukan aksi di hari pertama dalam kondisi hujan,” katanya menjelaskan.

Saat siuman, lanjut Aisyah, Amir masih kukuh untuk tetap melanjutkan aksinya. Karena aksi yang tengah ia jalani itu, lanjut Amir, adalah sebuah perjuangan yang harus dituntaskan.

“Besok jika memungkinkan, akan tetap dilanjutkan. Karena mereka (Pemkab Sumenep, red.) sama sekali tidak memiliki hati nurani dan kepedulian terhadap alam,” pungkasnya.

Exit mobile version