Site icon Madurapers

Tidak Hanya Manusia, Stunting Syndrome juga Terjadi pada Ayam Ras

Prof Dr Suwarno drh M.Si., guru besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya

Prof Dr Suwarno drh M.Si., guru besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya (Dok. Madurapers, 2023).

Surabaya – Stunting menjadi masalah gizi yang masih terjadi di Indonesia. Stunting syndrome ternyata tidak hanya dialami manusia, tapi juga dapat terjadi pada ayam ras, Senin (6/3/2023).

Mengutip dari UNAIR NEWS, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr Suwarno drh MSi menyampaikan penjelasan tersebut, pada “Seminar Perunggasan 2023”, yang dilaksanakan FKH UNAIR, pada Sabtu (4/3/2023).

Runting Stunting Syndrome (RSS) adalah sindrom kekerdilan pada ayam, akibat hambatan pertumbuhan.

“Pada ayam dengan RSS terjadi hambatan proses penyerapan makanan karena ada kerusakan pada beberapa organ terutama di usus halus,” kata Prof Suwarno.

RSS dapat terjadi pada ayam broiler usia 3 hari. Namun, pada usia ini belum terlihat dengan jelas akan tanda dan gejalanya. “Baru kelihatan saat umurnya enam sampai dua puluh satu hari,” tutur Prof Suwarno.

Biasanya, peternak ayam saat memasok Day Old Chicken (DOC) atau anak ayam akan ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui beratnya.

Sehingga, pada hari ke-6 hingga ke-21 peternak bisa memantau kemungkinan terjadi hambatan penyerapan makanan yang dapat mengakibatkan ayam menjadi kerdil.

Sementara pada ayam layer, RSS dapat terjadi pada masa menjelang bertelur, yaitu 12 (dua belas) hingga 16 (enam belas) minggu.

Hal ini dapat berakibat pada masa bertelur yang mundur. RSS turut memberikan dampak berupa kerugian ekonomi seperti tidak tercapainya keseragaman bobot badan ayam, peningkatan kematian, hingga berbagai penyakit sekunder yang dapat menyerang ayam.

Menurut Prof Suwarno, penyebab terjadinya stunting pada ayam adalah karena akibat dari infeksi virus.

Reovirus mendominasi penyebab RSS. Tapi ada juga virus lain, seperti coronavirus, enterovirus, birnavirus, circovirus, adenovirus, dan astrovirus,” terangnya.

Selain itu, ada pula genetik ayam, kualitas DOC, biosecurity, manajemen, gizi pakan, air, dan stres dapat menjadi penyebab terjadinya RSS.

Gejala utama yang dapat terjadi pada ayam penderita RSS, antara lain anak ayam pucat, perut buncit, diare, gangguan pertumbuhan tidak normal, pertumbuhan bulu yang tidak normal hingga meningkatnya jumlah kematian.

RSS ini bukan ayam yang kekurangan gizi. Pakannya tersedia semua tapi penyerapan di usus yang terganggu,” papar Prof Suwarno.

Ada beberapa pencegahan, kata Prof Suwarno, yang bisa dilakukan oleh peternak untuk mencegah ayam tidak terjadi RSS.

Pertama, desinfeksi dan sanitasi kendang, peralatan, pekerja, dan lingkungan. Kedua, perbaikan manajemen, seperti brooding serta kendang. Ketiga, vaksinasi.

“Biasanya anak ayam yang dibeli baik broiler atau layer sudah divaksin reovirus khususnya. Tapi terkadang antibodinya tinggi kadang rendah kan kita nggak tahu,” tutupnya. (*)

Exit mobile version