Site icon Madurapers

Tradisi Karapan Sapi: Memperkenalkan Keindahan dan Keunikan Madura

Tradisi Karapan Sapi di Madura, tampak indah dan unik

Tradisi Karapan Sapi di Madura, tampak indah dan unik (Dok. Madurapers, 2024).

Bangkalan – Karapan sapi, sebuah pesta rakyat yang melibatkan kecepatan sapi, menjadi identitas khas di pulau Madura. Kota-kota di Madura memeriahkan tradisi ini pada bulan Agustus atau September, kulminasi dalam babak final pada akhir September atau Oktober.

Meskipun awalnya tumbuh di Madura, karapan sapi juga telah merambah ke Jakarta sejak tahun 1960-an, menandai perayaan kekompakan dan persahabatan.

Asal-usul kata “Karapan” memiliki dua versi menarik. Pertama, berasal dari kata “Kerap” atau “Kirap,” yang menggambarkan keberangkatan bersama.

Versi lain mengaitkannya dengan bahasa Arab, “kirabah,” yang artinya persahabatan. Pasangan sapi bersaing dalam perlombaan untuk meraih kecepatan, menciptakan pertunjukan seru bagi penonton.

Sapi yang menjadi bintang dalam lomba ini kebanyakan berasal dari Pulau Sapudi, sebuah pulau kecil di timur Madura. Sejak tahun 1956, ketika aturan khusus diterapkan, karapan sapi menjadi acara yang digemari dan diadakan secara rutin.

Namun, apa yang awalnya merupakan perayaan peternak, kini telah bertransformasi menjadi bisnis yang mempengaruhi harga sapi.

Setiap tahun, pesta karapan sapi diadakan empat hingga lima kali, tidak hanya sebagai ajang syukuran, tetapi juga sebagai perlombaan bisnis di dunia peternakan.

Para pemilik sapi, mulai pertengahan 1980-an, telah menggunakan berbagai jamu tradisional seperti telur, jahe, lengkuas, hingga belerang untuk meningkatkan performa sapi mereka. Beberapa pemilik bahkan menghabiskan puluhan telur setiap hari untuk memastikan sapi mereka dalam kondisi optimal.

Perawatan juga melibatkan pijat otot sapi untuk mengendorkan otot dan latihan lari di sawah berlumpur, meningkatkan kecepatan sapi di arena lomba.

Selain sapi dan pemiliknya, karapan sapi melibatkan berbagai pihak. Mulai dari tukang tongko yang mengendalikan sapi di atas kaleles, tukang tambeng yang menahan tali kekang sapi, hingga tukang gertak yang menggertak sapi untuk melesat dengan cepat. Bahkan dukun ikut berperan dalam melindungi sapi dari kekuatan gaib.

Pertunjukan dimulai dengan pasangan sapi diarak mengelilingi arena sambil ditemani gamelan Madura. Ini tidak hanya untuk melemaskan otot sapi, tetapi juga menjadi momen untuk memamerkan keindahan pakaian dan hiasan yang melengkapi sapi yang berlomba.

Setelah parade, perlombaan dimulai dengan babak klasemen, penyisihan, hingga mencapai babak final menggunakan sistem gugur.

Karapan sapi di Madura tidak hanya sekadar lomba, tetapi juga merayakan kekompakan masyarakat, keindahan budaya, dan semangat persaingan yang sehat.

Meskipun dinamika tradisi ini telah mengalami perubahan seiring waktu, keunikan dan pesona karapan sapi tetap menjadi daya tarik bagi masyarakat Madura dan sekitarnya.

Exit mobile version