Site icon Madurapers

Transformasi Kesenian Kentrung di Sumenep, Dari Rukun Sentoso ke Rukun Family

Foto bersama personil kelompok Rukun Family yang berpusat di Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung, Sumenep. (Sumber Foto: Madurapers,2024). 

Sumenep – Kesenian tradisional di Kabupaten Sumenep, Madura , Jawa Timur terus menarik perhatian berbagai komunitas seni dari berbagai daerah.

Salah satu kesenian yang menjadi sorotan adalah Kentrung, yang kini telah bertransformasi menjadi seni Ketoprak-Ludruk, khususnya melalui kelompok Rukun Family yang berpusat di Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung, Sumenep.

Baru-baru ini, beberapa komunitas seni dari berbagai kota seperti Komunitas Ginyo dari Lamongan, Komunitas Makmur Djaja dari Jakarta, dan Jejaring Produser Pertunjukan Indonesia juga dari Jakarta, bersama-sama mengunjungi Desa Tanjung.

Adapun tujuan mereka adalah untuk melihat lebih dekat perkembangan seni Kentrung di Sumenep, yang telah menjadi salah satu pusat seni tradisional di Jawa Timur.

Selain Sumenep, ketiga komunitas ini sebelumnya telah mengunjungi berbagai daerah yang juga memiliki tradisi Kentrung, seperti Jepara, Pati, Tuban, Lamongan, dan akan melanjutkan perjalanan ke Bondowoso.

Manager Rukun Family, Mas Aan mengatakan bahwa kelompok kesenian ini awalnya dikenal dengan nama Rukun Sentoso sebelum berganti nama menjadi Rukun Family pada sekitar tahun 1945.

“Kesenian ini mulai dikelola oleh empat bersaudara, yaitu Djiperejo, Wiroguno, Yudo Prawiro, dan Asmoro Sastro,” katanya kepada media ini, Jum’at (30/08/2024).

Sejak itu, lanjut Mas Aan, Rukun Family terus berkembang dan dikenal sebagai kelompok seni yang kental dengan tradisi Ketoprak yang identik dengan cerita-cerita kerajaan.

“Banyak tema yang kami angkat dalam setiap pementasan, dan mayoritas diambil dari cerita kerajaan. Seni Ketoprak memang memiliki ciri khas yang sangat erat dengan kisah-kisah kerajaan,” jelas salah satu penerus Rukun Familyi itu.

Ia berharap agar kesenian tradisional di Sumenep, khususnya yang diusung oleh Rukun Family, mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak, termasuk pemerintah. Pasalnya, tanpa dukungan yang memadai, khawatir kesenian yang telah mengakar kuat ini perlahan bisa hilang.

“Semoga kesenian ini bisa lebih diperhatikan lagi, karena tanpa adanya perhatian dari berbagai golongan, terkhusus pemerintah, kemungkinan lambat laun akan hilang,” ungkapnya dengan penuh harap.

Exit mobile version