Pamekasan – Kemiskinan di Kabupaten Pamekasan, menganalisis data BPS Kabupaten Pamekasan 2020-2024, mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2020, jumlah penduduk miskin mencapai 129,41 ribu jiwa atau 14,60 persen dari total penduduk.
Tahun 2021 mencatat peningkatan signifikan dengan jumlah penduduk miskin naik menjadi 137,12 ribu jiwa atau 15,30 persen. Faktor utama yang mempengaruhi kenaikan ini adalah dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian masyarakat.
Meskipun kondisi memburuk pada 2021, tahun 2022 menunjukkan pemulihan dengan jumlah penduduk miskin turun menjadi 126,02 ribu jiwa atau 13,93 persen. Pemulihan ekonomi pascapandemi berperan dalam perbaikan kondisi ini.
Pada 2023, angka kemiskinan sedikit meningkat menjadi 126,43 ribu jiwa, meskipun persentasenya menurun menjadi 13,85 persen. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah absolut penduduk miskin bertambah, pertumbuhan penduduk secara keseluruhan lebih tinggi.
Tren positif berlanjut pada 2024, dengan jumlah penduduk miskin turun menjadi 123,46 ribu jiwa atau 13,41 persen. Peningkatan ekonomi di berbagai sektor menjadi faktor utama penurunan ini.
Garis Kemiskinan di Pamekasan terus meningkat setiap tahun, mencerminkan kenaikan biaya hidup. Pada 2020, Garis Kemiskinan berada di angka Rp357.074,00 per kapita per bulan, dan meningkat menjadi Rp467.493,00 pada 2024.
Kenaikan Garis Kemiskinan ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah penduduk miskin menurun, tekanan ekonomi tetap tinggi. Hal ini menuntut kebijakan yang lebih efektif dalam meningkatkan daya beli masyarakat.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Kedua indikator ini menggambarkan seberapa jauh dan parah kemiskinan dialami oleh penduduk.
Pada 2020, P1 berada di angka 1,89 dan P2 sebesar 0,37. Indeks ini sempat meningkat pada 2022 menjadi 2,05 (P1) dan 0,41 (P2), menandakan kemiskinan semakin dalam dan tidak merata.
Namun, pada 2024, P1 turun menjadi 1,05 dan P2 menjadi 0,14, menunjukkan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. Penurunan ini mencerminkan bahwa mereka yang berada di bawah Garis Kemiskinan semakin mendekati ambang batas kemiskinan.
Pamekasan masih menghadapi tantangan besar dalam upaya mengurangi kemiskinan dibandingkan kabupaten lain di Jawa Timur. Pada 2020, Pamekasan berada di peringkat 32 dari 38 kabupaten/kota dalam persentase penduduk miskin.
Kondisi ini berlanjut hingga 2024, meskipun tingkat kemiskinan telah menurun. Kota Batu tetap menjadi wilayah dengan angka kemiskinan terendah, sementara Kabupaten Sampang mencatat angka tertinggi di Madura.
Sebagai bagian dari Madura, Pamekasan mencatat angka kemiskinan terendah dibandingkan tiga kabupaten lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun masih tinggi, kondisi di Pamekasan relatif lebih baik dibandingkan daerah sekitarnya.
Program pemulihan ekonomi dan bantuan sosial berperan penting dalam tren penurunan kemiskinan. Pemerintah Kabupaten. (Pemkab) Pemekasan telah menjalankan berbagai kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kendati demikian, tantangan ke depan masih besar, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas ekonomi. Upaya pengentasan kemiskinan harus terus diperkuat agar tren penurunan dapat dipertahankan.
Meskipun berbagai indikator menunjukkan perbaikan, Pemkab Pamekasan perlu lebih fokus pada peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin. Langkah strategis seperti pendidikan dan pelatihan kerja menjadi kunci utama keberlanjutan penurunan kemiskinan.
Dengan tren penurunan yang terus terjadi, Kabupaten Pamekasan dapat mencapai angka kemiskinan yang lebih rendah di tahun-tahun mendatang. Keberlanjutan kebijakan yang efektif akan menjadi faktor penentu keberhasilan ini.