Site icon Madurapers

Uang Tabungan Wisuda Siswa SMAN 1 Tanjung Bumi Jadi Polemik

Ilustrasi penggelapan uang tabungan siswa, sekolah menengah atas

Ilustrasi penggelapan uang tabungan siswa, sekolah menengah atas (Sumber Foto: Istimewa).

Bangkalan – Larangan pagelaran wisuda di sekolah yang tertuang dalam surat edaran Dinas Pendidikan Jawa Timur menuai polemik di SMAN 1 Tanjung Bumi. Isu pengembalian uang tabungan wisuda siswa secara tidak utuh menjadi perhatian para wali murid.

Beberapa wali murid melaporkan, bahwa anak-anak mereka terancam tidak bisa mendapatkan kembali uang tabungan wisuda secara penuh. Mereka khawatir karena uang yang sudah ditabung bertahun-tahun hanya akan dikembalikan sebagian oleh pihak sekolah.

“Saya taunya dari anak saya, cerita bahwa sekarang itu wisuda sudah ditiadakan sehingga tabungan yang untuk wisuda itu rencananya mau diminta oleh siswa namun oleh kepala sekolahnya hanya bisa dikasihkan seperempat dari hasil tabungannya,” ungkap salah satu wali murid.

Beberapa siswa perwakilan kelas sudah berupaya menemui kepala sekolah untuk menanyakan kejelasan dana tabungan tersebut. Wali murid menekankan bahwa mereka ingin kepastian terkait uang yang telah dikumpulkan anak-anak mereka.

“Kemarin itu, katanya, beberapa siswa perwakilan dari masing-masing kelas mau menemui kepala sekolahnya mau menanyakan kejelasannya,” imbuhnya.

Sejak tahun 2008, siswa SMAN 1 Tanjung Bumi menabung untuk kegiatan wisuda. Besarannya bervariasi, yaitu Rp20 ribu per bulan untuk kelas 10 dan Rp25 ribu per bulan untuk kelas 12.

Abdul Wahed, Kepala SMAN 1 Tanjung Bumi, membantah kabar bahwa sekolah hanya akan mengembalikan sebagian atau seperempat tabungan siswa. Ia memastikan bahwa seluruh dana akan dikembalikan jika syukuran kelulusan batal diadakan.

“Di SMAN 1 Tanjung Bumi siswa kami memang menabung setiap bulannya sejak tahun 2008 untuk kegiatan wisuda. Namun di tahun ini saya memang menginstruksikan kepada siswa untuk wisuda kali ini ditiadakan,” ujar Wahed.

Meski wisuda resmi ditiadakan, banyak siswa tetap ingin menggelar acara kelulusan. Akhirnya, pihak sekolah bersama komite dan guru bersepakat mengadakan syukuran sederhana di sekolah.

“Karena anak-anak ini memaksa mas, sehingga kami mengadakan rapati dengan komite dan guru. Akhirnya, sepakat tetap mengadakan acara syukuran yang sederhana saja di sekolah, berupa penampilan kreasi siswa,” ucapnya.

Wahed menegaskan, bahwa uang tabungan siswa akan dikembalikan sepenuhnya jika acara syukuran tidak jadi dilaksanakan. Ia menyebut informasi yang menyatakan sekolah hanya mengembalikan sebagian dana adalah tidak benar.

“Kalau wisuda tidak ada mas, tapi kalau syukuran yang sifatnya tidak membebankan orang tua itu ya. Kami masih akan memanggil para wali murid untuk membuat surat pernyataan mas,” jelasnya.

Selain itu, Wahed mengeluhkan banyaknya siswa kelas 12 yang tidak aktif masuk sekolah selama bulan Ramadan. Ia sempat mengancam akan meniadakan acara syukuran jika kondisi tersebut berlanjut.

“Kemarin saya mengancam ke anak-anak, karena banyak siswa yang tidak aktif masuk sekolah di bulan Ramadan ini dengan alasan puasa, jadi saya ancam tidak akan ada syukuran atau apapun,” pungkasnya.

Exit mobile version