Site icon Madurapers

Wahid Foundation Menyusun Aksi Kolektif untuk Membangun Ketahanan dari Ancaman Perubahan Iklim

Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di Balai Desa Prancak, Sumenep pada Senin (24/2/2025)

Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di Balai Desa Prancak, Sumenep pada Senin (24/02/2025) (Sumber Foto: Istimewa).

Sumenep Masyarakat Desa Damai Prancak, Kabupaten Sumenep, menyusun rencana aksi adaptasi dan mitigasi untuk menghadapi ancaman perubahan iklim. Rencana aksi ini disusun dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan di Balai Desa Prancak, Sumenep pada Senin (24/2/2025). FGD tersebut dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk perwakilan perempuan, kelompok tani, pemuda, serta aparatur desa, dengan tujuan untuk merumuskan strategi bersama dalam memperkuat ketahanan desa terhadap dampak perubahan iklim.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kerjasama antara Wahid Foundation dengan Kedutaan Besar Denmark melalui program WE CARE (Women Empowering Communities Against Rising Environmental Threats). Program ini fokus pada pemberdayaan perempuan dan masyarakat dalam menghadapi ancaman lingkungan yang semakin meningkat, seperti bencana alam, cuaca ekstrem, dan degradasi lingkungan. FGD kali ini adalah yang kedua dari serangkaian diskusi yang bertujuan untuk menyusun Rencana Aksi Adaptasi-Mitigasi (Renaksi) berbasis bukti, yang akan membantu masyarakat desa dalam menghadapi dampak perubahan iklim secara lebih sistematis dan berkelanjutan.

Program Officer WE CARE Wahid Foundation, Fachrul Ramadhan, menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam proses penyusunan rencana aksi.

“Proses ini tidak hanya tentang membuat strategi, tapi juga bagaimana masyarakat dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari mereka. Melalui FGD ini, kita mendengar langsung dari masyarakat mengenai tantangan yang mereka hadapi dan solusi yang mereka usulkan. Ini adalah langkah awal untuk membangun ketahanan yang kuat di tingkat lokal,” ujarnya.

Program ini juga disambut baik oleh Sekretaris Desa Prancak, Ali Makki, yang menyampaikan apresiasinya terhadap program ini.

“Kami sangat mengapresiasi inisiatif Wahid Foundation dan Kedutaan Besar Denmark yang mendukung upaya desa kami untuk lebih siap dalam menghadapi perubahan iklim. Dengan adanya kegiatan seperti ini, masyarakat tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga terlibat langsung dalam merumuskan langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan,” ungkapnya.

Selain itu, keterlibatan perempuan dalam program ini menjadi sorotan utama. Dewi Wardani, salah satu perwakilan perempuan dari Desa Prancak, menyatakan komitmennya untuk menyebarkan pengetahuan dan pengalaman yang didapat selama kegiatan kepada komunitas lainnya.

“Sebagai perempuan, kami sering kali menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Namun, melalui program ini, saya merasa lebih siap dan percaya diri untuk berperan aktif dalam melindungi desa kami dari ancaman lingkungan. Saya berkomitmen untuk membagikan pengetahuan ini kepada perempuan lain di desa agar kita bisa bersama-sama membangun ketahanan,” katanya.

Melalui program WE CARE, Wahid Foundation juga berupaya untuk memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan yang sering melanda wilayah pesisir dan pedesaan. Di akhir kegiatan, para peserta FGD menyepakati beberapa langkah utama dalam Renaksi, seperti meningkatkan upaya reboisasi, mengoptimalkan sistem pengairan, dan memperkuat kolaborasi antarwarga dalam penanganan bencana.

Exit mobile version