Sumenep – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas III Kalianget, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur sebut puncak hujan hingga bulan Februari mendatang.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Kalianget, Usman Kholid menuturkan bahwa curah hujan meningkat hingga bulan Februari mendatang dibandingkan dengan beberapa bulan Sebelumnya.
Curah hujan meningkat, diakibatkan karena wilayah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur masuk pada musim hujan. Ditambah lagi dari dampak fenomena La Nina di Indonesia termasuk di ujung pulau Madura ini.
“Berdasarkan prediksi cuaca, bulan ini hingga bulan depan, Sumenep akan diguyur hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi,” kata Usman kepada Jurnalis madurapers.com, Jumat (7/1/22).
Fenomena La Nina ini, menurutnya berpotensi bencana hidrometeorologi seperti, tanah longsor, banjir, dan bahkan di beberapa daerah tertentu bisa berakibat banjir bandang.
Selain adanya curah hujan yang tinggi, pada cuaca ekstrem seperti seperti saat ini juga mengakibatkan angin kencang, kilat, petir, dan angin puting beliung.
Sehingga, Usman mengimbau kepada masyarakat Sumenep aga tetap waspada terhadap berbagai potensi bencana yang akan melanda kabupaten Sumenep selama Februari mendatang.
“Semua masyarakat baik yang di daerah daratan maupun kepulauan harus waspada pada musim saat sekarang ini,” imbaunya kepada masyarakat.
Tidak hanya curah hujan yang tinggi yang akan melanda kabupaten Sumenep selama bulan Februari mendatang, melainkan dirinya menyampaikan bahwa adanya juga ketinggian gelombang di perairan laut Sumenep.
Ketinggian gelombang tersebut, menurutnya tak lain diakibatkan dari adanya awan cumulonimbus (Cb) yang bisa kita lihat secara kasat mata. Adapun ciri-ciri awan tersebut, awannya sangat luas dan gelap.
“Nah ini juga diwaspadai, karena di laut bisa berpotensi meningkatkan kecepatan angin dan memicu ketinggian gelombang,” papar Usman kepada media ini.
Dirinya mengaku bahwa, tertanggal (8/1/22) Kondisi gelombang cukup kondusif. Sehingga untuk pelayaran ke Masalembu, Sapudi, Kangean, dan pulau lainnya bisa menggunakan jalur transportasi laut.
“Secara rata-rata tingginya gelombang banyak terjadi di bulan Januari hingga Februari. Makanya kami selalu update ketinggian gelombang,” imbuhnya.
Namun, meskipun ketinggian gelombang laut di atas rata-rata, dirinya mengaku tidak berpotensi tsunami di Kabupaten Sumenep.
“Karena tsunami harus ada pemicunya gempa, ini hanya musim hujan saja,” jelasnya dengan singkat.
Ustman juga memaparkan, bahwa cuaca ekstrem seperti ini juga berpengaruh terhadap transportasi udara di Sumenep. Untuk itu, pihaknya akan selalu update kondisi cuaca ketika pesawat akan melakukan take of dan saat landing.
“Data sudah kami siapkan. Adapun nanti misalnya adanya cuaca ekstrem, hujan deras, landasannya tergenang air, dan jarak pandang. Akan ditunda pemberangkatan sampai cuaca baik kembali,” pungkasnya.