Xenophanes adalah seorang filsuf Yunani kuno yang hidup pada abad ke-6 SM. Ia telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan pemikiran filosofis di dunia Barat. Meski kurang dikenal dibandingkan dengan beberapa filosof lainnya dari era klasik Yunani seperti Plato atau Aristoteles, namun karya dan pemikirannya telah menarik minat para sarjana dalam memahaminya.
Dia lahir di Kolophon, sebuah kota kecil di wilayah Ionia, Asia Kecil (sekarang bagian dari Turki modern), sekitar tahun 570 SM. Meskipun informasi tentang kehidupannya sangat terbatas dan banyak yang tidak pasti, namun ia diyakini telah melakukan perjalanan luas di dunia Yunani pada masanya, memberikan kuliah, dan berdiskusi dengan berbagai kelompok masyarakat.
Sebagai seorang filsuf, Xenophanes tidak hanya memusatkan perhatiannya pada masalah kosmologis dan metafisik, tetapi juga pada aspek-aspek etika dan agama. Pemikirannya menunjukkan pengaruh yang kuat dari tradisi filsafat pra-Sokrates, tetapi juga menampilkan ciri khasnya sendiri yang unik.
Salah satu kontribusi paling penting darinya adalah kritiknya terhadap panteisme dan antropomorfisme dalam pemikiran agama Yunani pada zamannya. Ia menolak pandangan bahwa dewa-dewa memiliki sifat-sifat manusiawi dan bahwa mereka campur tangan dalam urusan manusia. Sebaliknya, ia mengusulkan pandangan tentang satu Tuhan yang tunggal, tak bergerak, dan abadi.
Pemikiran kosmologis Xenophanes juga menarik perhatian. Ia mengemukakan bahwa alam semesta ini tidak pernah diciptakan dan tidak akan pernah berakhir, melainkan berada dalam keadaan yang konstan dan abadi. Ini menandai awal dari pemikiran tentang konsep ketiadaan dalam filsafat Barat.
Selain itu, dia juga menyoroti ketidakpastian pengetahuan manusia. Ia menyadari bahwa pandangan manusia tentang alam semesta dan dewa-dewa sangat dipengaruhi oleh kondisi dan perspektif manusia itu sendiri. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kritisisme dan keraguan terhadap keyakinan yang diterima secara umum.
Meskipun hanya sedikit fragmen dari tulisan-tulisannya yang telah bertahan sampai saat ini, namun pemikiran Xenophanes dapat ditemukan dalam tulisannya yang berjudul “Fragmenta” atau “Buku Puisi”. Dalam karya-karyanya ini, ia menyampaikan ide-ide kosmologisnya, kritik terhadap agama Yunani, serta pemikirannya tentang sifat manusia dan alam semesta.
Salah satu kutipan terkenal dari Xenophanes adalah, “Jika sapi, kuda, atau singa memiliki tangan dan bisa menggambar seperti manusia, maka sapi akan menggambarkan Tuhan sebagai sapi, kuda sebagai kuda, dan singa sebagai singa.” Kutipan ini mencerminkan pandangannya tentang antropomorfisme dalam agama.
Meskipun pemikirannya mungkin tidak secara langsung memengaruhi filsuf-filsuf setelahnya seperti Plato atau Aristoteles, namun ia memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan filsafat di Yunani kuno dan kemudian di dunia Barat.
Kritiknya terhadap antropomorfisme agama membuka jalan bagi pemikiran rasional dan logis tentang konsep Tuhan, sementara pemikirannya tentang ketiadaan dan ketidakpastian pengetahuan manusia menjadi landasan bagi pemikiran epistemologis dan metafisik selanjutnya.
Pengaruh Xenophanes juga dapat ditemukan dalam sejarah pemikiran agama. Pemikirannya tentang satu Tuhan tunggal yang abadi telah mempengaruhi pemikiran teologis dan filosofis di agama-agama monotheistik yang ada di dunia.