Site icon Madurapers

Bupati Pamekasan: Pewarta Itu Orang yang Mulia

Forum Wartawan Pamekasan

Studium General Pers oleh Forum Wartawan Pamekasan di Gedung TIK Diskominfo Pamekasan, Senin (28/2/2022)

Pamekasan – Baddrut Tamam, Bupati Pamekasan menyampaikan beberapa tantangan jurnalisme di era revolusi industri 4.0, Selasa (1/3/2022).

Tantangan ini menurutnya, datang bersamaan dengan pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.

Pemaparan itu disampaikan Bupati Pamekasan saat menjadi pemateri “Studium General Pers” secara virtual yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Pamekasan di Gedung TIK Diskominfo, Senin (28/2/2022).

Menurutnya, tantangan pewarta (jurnalis) di era sekarang cukup berat. Di samping membutuhkan kecepatan dalam menyampaikan informasi, namun di sisi lain harus berjarak dan tidak bisa berkomunikasi secara langsung dengan narasumber lantaran COVID-19.

Dua hal yang bertentangan tersebut, tentu membutuhkan kerja ekstra dengan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.

Sebab, derasnya informasi yang dapat dilakukan oleh semua orang di semua platform media sosial akan menyulitkan pembaca untuk membedakan informasi benar atau salah.

“Menurut saya, dalam menyuguhkan media (informasi, red.) ini perlu ada tambahan etika. Perlu ada pelatihan-pelatihan khusus, tidak hanya menyampaikan kebenaran berita, tetapi harus memiliki etos dan semangat yang tidak meretakkan diantara satu dengan yang lain,” tuturnya.

Bupati yang akrab disapa Mas Tamam tersebut menambahkan, kecepatan ini terkadang disalahgunakan dalam menyampaikan informasi.

Misalnya, seseorang yang bertemu dengan musibah kecelakaan di jalan raya justru sibuk mengambil video, bukan menolong orang yang terkena musibah tersebut.

Perubahan perilaku masyarakat di tengah majunya revolusi industri (revolusi industri 4.0, red.) ini akibat minimnya nilai yang mereka konsumsi sehingga menghilangkan rasa kemanusiaan.

Mereka (masyarakat, red.) hanya ingin cepat menginformasikan atas fenomena yang diterimanya.

“Bahkan bisa saja setelah menvideo tidak membantu, hanya ingin cepat memberikan informasi itu, “uangkapnya.

“Mohon maaf, media-media kalah dengan itu, baru beberapa jam kemudian muncul berita yang sebenarnya, “ungkapnya lebih lanjut.

Prinsip ‘bad news is a good news’ dalam dunia jurnalis justru menggambarkan hal negatif yang ada dalam diri seseorang atau bahkan jurnalis sebagai penyampai informasi.

Karena sejatinya yang harus menjadi pegangan adalah ‘good news is a good news’ guna membangun atmosfer positif dalam lingkungan sekitar.

“Karena sekarang, kita terkadang bertemu dengan suasana yang tidak terdefinisi, belum ada definisinya. Dan teman-teman media ini merupakan orang yang sangat mulia dalam kehidupan, “tandasnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, “Orang yang terhormat, karena menyuguhkan informasi yang edukatif, menyampaikan kebenaran informasi.”

Dia berharap, jurnalis dapat memberikan informasi yang edukatif, dan tidak membully.

Sebab, bully itu, katanya tidak hanya dilarang oleh negara, melainkan juga dilarang oleh agama.

“Bagi saya transfer of knowledge, dan transformasi yang merajut kebersamaan dengan teman-teman media itu penting, karena media itu sangat penting dalam menyampaikan risalah, “pungkasnya.

Exit mobile version