Site icon Madurapers

Mengenal Pengobatan berbasis Genetik: Masa depan dunia medis

Foto Given Exaudi Girsang

SEMUA orang pasti tahu untuk mengonsumsi obat jika dalam keadaan sakit. Tapi, tahukah kamu bagaimana obat yang biasanya kamu konsumsi bekerja dalam tubuhmu?

Tentu saja, terdapat banyak jenis obat yang bervariasi mulai dari kebutuhan penyakit, cara konsumsi hingga cara kerjanya di dalam tubuh. Namun, saat ini, hampir seluruh pengobatan di Indonesia dilakukan dengan pendekatan farmakologis.

Artinya, obat dirancang untuk masuk ke dalam tubuh untuk menghambat atau mendorong suatu proses dalam metabolisme sel. Misalnya, paracetamol yang biasa kamu dikonsumsi sebagai obat demam bekerja dengan menghambat pembentukan prostaglandin, sebuah molekul protein yang bekerja pada hipotalamus sehingga mengakibatkan naiknya suhu tubuh (demam).

Sayangnya, pengobatan dengan pendekatan farmakologis ini memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan. Pengobatan farmakologis seringkali mengakibatkan efek samping pagi pasien yang mengonsumsinya, mulai dari gejala yang ringan hingga yang sangat parah.

Efek samping berupa mengantuk mungkin masih bisa ditoleransi oleh pasien, tapi bagaimana dengan efek samping kemoterapi yang menyebabkan pasien menjadi mual muntah, sariawan, nyeri hingga mengalami kebotakan?

Selain itu, pengobatan farmakologis memberikan obat dan terapi yang sama pada seluruh penderita penyakit yang sama. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang seringkali menunjukkan respon berbeda terhadap obat dan terapi tertentu dikarenakan perbedaan genetik.

Revolusi besar dalam dunia medis selama 50 tahun terakhir disertai kemajuan dalam bidang genomik dan genetika memunculkan pendekatan pengobatan berbasis genetik yang disebut farmakogenetik.

Jadi, apa itu farmakogenetik?

Singkatnya, farmakogenetik merupakan pengobatan dengan pendekatan genetik yang menarget ekspresi gen untuk menyelesaikan suatu penyakit dalam tubuh seseorang. Pengobatan yang berbasis genetik ini disesuaikan dapat dengan variasi gen dan molekuler antarindividu, sehingga menjadi pengobatan yang dipersonalisasi (personalized medicine). Dengan demikian, farmakogenetik meminimalisasi efek samping dan meningkatkan akurasi dalam pengobatan.

Pengobatan berbasis genetik memanfaatkan non-coding RNA (ncRNA), sebuah molekul genetik yang dapat mengatur ekspresi (aktif tidaknya) suatu gen. ncRNA memiliki berbagai tipe dan fungsi yang berbeda-beda. Beberapa ncRNA yang umum digunakan yaitu microRNA (miRNA) dan small interfering RNA (siRNA) yang dapat berperan “rem” yang membatasi ekspresi suatu gen.

Pengobatan berbasis genetik menjanjikan potensi besar dalam dunia medis mulai dari vaksin hingga pengobatan berbagai penyakit seperti kanker, diebetes melitus (penyakit gula), dan banyak lagi.

Apakah kamu berpikir jika pengobatan ini terkesan abstrak dan sulit dikembangkan oleh Indonesia? Tentu saja tidak. Profesor Delvac Oceandy, seorang alumni FK UNAIR Surabaya, juga sudah melakukan penelitian terkait pengobatan berbasis genetik dan menemukan potensi pemanfaatan ncRNA dalam pengobatan infark miokard atau serangan jantung, salah satu penyakit dengan tingkat kematian tertinggi di Indonesia dan dunia.

Pengobatan berbasis genetik kini menjadi salah satu objek kajian yang diminati para peneliti. Menariknya, berbagai penelitian menunjukkan kemajuan dalam kebolehan pengobatan berbasis genetik dalam menyelesaikan penyakit-penyakit yang rumit pada manusia.

Pengobatan dengan pendekatan berbasis genetik menghilangkan berbagai keterbatasan yang ditemukan dalam pengobatan berbasis farmakologis. Dengan berbagai potensi yang masih dapat dikembangkan, para peneliti saat ini menyebut pengobatan berbasis genetika akan menjadi masa depan dunia medis.

***Given Exaudi Girsang adalah mahasiswa FK Universitas Airlangga.

Exit mobile version