Bangkalan – Lagu “Ghâi’ Bintang (Mengait Bintang)” karya Budi Susanto yang dinyanyikan dalam bahasa Madura memiliki makna mendalam tentang harapan dan keterpisahan. Liriknya menggambarkan seseorang yang berusaha meraih sesuatu yang sulit dijangkau, menggunakan simbol bintang dan bulan.
Jhânor konèng (janur kuning) dalam lirik lagu ini bukan sekadar alat untuk mengait bintang, melainkan melambangkan harapan dan doa. Tradisi masyarakat Madura sering menggunakan janur kuning dalam berbagai ritual sebagai simbol keberkahan.
Lirik yang menyebutkan “kaka’ èlang alè’ sajân jhâu (kakak hilang, adik semakin jauh)” menggambarkan perpisahan yang semakin terasa seiring waktu. Hubungan saudara atau persaudaraan dalam masyarakat Madura sangat erat, sehingga perpisahan menjadi momen emosional.
Sebutan “lon-alon (alun-alun)” dalam lagu ini bukan hanya tempat fisik, tetapi juga bisa diartikan sebagai tujuan atau impian yang ingin dicapai. Alun-alun dalam budaya Madura sering menjadi pusat kegiatan sosial dan pertemuan masyarakat.
Sumber: akun TikTok Andi jpn, 2023.
Bintang dan bulan dalam lagu ini melambangkan cita-cita dan harapan yang tinggi. Menggapainya membutuhkan usaha, kesabaran, dan doa, sebagaimana yang digambarkan dalam penggunaan janur kuning.
Keterpisahan yang digambarkan dalam lagu ini bisa diinterpretasikan sebagai perpisahan keluarga akibat merantau. Banyak masyarakat Madura yang meninggalkan kampung halaman demi kehidupan yang lebih baik.
Rasa kehilangan dalam lagu ini juga bisa merujuk pada perasaan seseorang yang harus berpisah dengan orang terkasih. Lagu ini menyentuh sisi emosional banyak orang yang pernah mengalami perpisahan serupa.
Dalam budaya Madura, perpisahan bukan hanya soal fisik, tetapi juga tentang kehilangan makna kebersamaan. Banyak keluarga Madura yang tetap menjaga hubungan erat meskipun terpisah jarak.
Makna mendalam dari lagu ini juga mencerminkan kehidupan masyarakat yang harus berjuang meraih mimpi. Seperti mengait bintang dengan janur kuning, perjuangan sering kali membutuhkan cara yang tidak biasa.
Lagu ini juga menunjukkan bahwa harapan tetap ada meskipun keadaan sulit. Seseorang mungkin merasa semakin jauh dari tujuan, tetapi usaha dan doa akan membawa harapan baru.
Budi Susanto, pengarang lagu, melalui lagu ini menggambarkan filosofi kehidupan yang dipegang teguh oleh masyarakat Madura. Kesederhanaan dalam liriknya menyimpan pesan yang kuat tentang perjuangan dan pengorbanan.
Melodi lagu ini menciptakan suasana yang sendu, mendukung pesan tentang kehilangan dan harapan. Irama yang khas juga memperkuat nuansa tradisional yang melekat pada budaya Madura.
Keindahan lagu ini terletak pada kesederhanaannya yang sarat makna. Banyak pendengar yang merasakan keterikatan emosional karena lagu ini menggambarkan pengalaman yang universal.
Lagu “Ghâi’ Bintang” tidak hanya sekadar nyanyian, tetapi juga bentuk ekspresi budaya. Liriknya yang menggambarkan hubungan manusia dengan impian mencerminkan pandangan hidup masyarakat Madura.
Pesan moral dari lagu ini adalah tentang pentingnya tetap berusaha meskipun jalan terasa sulit. Harapan harus tetap dijaga, meskipun kadang terasa mustahil untuk menggapainya.
Banyak masyarakat yang menjadikan lagu ini sebagai simbol perjuangan dalam kehidupan. Mereka percaya bahwa dengan ketekunan dan doa, impian yang jauh pun bisa tercapai.
Lagu “Ghâi’ Bintang” adalah cerminan dari jiwa masyarakat Madura yang penuh semangat. Perjuangan, harapan, dan makna keluarga menjadi inti dari lagu ini yang terus menggema dalam kehidupan mereka.