Jakarta – Ketidakpastian perkembangan varian Omicron masih menjadi tantangan, tetapi optimisme pemulihan ekonomi terus berlanjut, Rabu (23/2/2022).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, dikutip dari laman website Kementerian Keuangan (Kemenkeu), menjelaskan bahwa kinerja APBN pada awal tahun 2022 terpantau masih on track.
“Indonesia termasuk dari sedikit negara di lingkungan G20 dan ASEAN-6 yang (ekonominya) mencapai level pre-COVID_GDP level. PDB riil kita berada di 101,6 berarti 1,6% di atas GDP saat _pre-COVID ,” ungkap Menkeu.
Menkeu mengungkapkan hal tersebut saat di Konferensi Pers APBN KiTa Februari 2022, Selasa (22/02).
Saat ini, jelas Menkeu, Kemenkeu masih melihat pertumbuhan ekonomi tahun 2022 akan berada pada kisaran 4,8-5,5 persen.
Hal ini didukung dengan level PMI Indonesia di 5,7 yang menunjukkan ekspansi selama lima bulan berturut-turut.
“Dari sisi harga komoditas kenaikan harga-harga masih berlanjut di awal tahun 2022. Di bulan Januari batubara bahkan mengalami kenaikan lagi, gas minyak mentah naik. Untuk komoditas yang merupakan unggulan di Indonesia seperti nikel, CPO, karet juga tetap pada posisi yang tinggi,” tambahnya.
Selain itu, salah satu yang membuat peningkatan ketahanan ekonomi Indonesia adalah neraca perdagangan yang terus mengalami surplus selama 21 bulan berturut-turut.
Menkeu memaparkan di Januari 2022 neraca perdagangan membukukan surplus hingga USD0,93 miliar.
“Ekspor kita pada bulan Januari mencapai USD19,16 miliar atau mengalami growth 25,31 persen, double digit dan sangat tinggi. Ini terutama didorong oleh ekspor non migas, seperti bahan bakar mineral, lemak hewani, nabati CPO dan mesin serta perlengkapan elektronik,” jelas Menkeu.
Sedangkan impor Indonesia tercatat mencapai USD18,23 miliar atau tumbuh 36,77 persen.
Impor ini, sebut Menkeu, didominasi oleh barang-barang yang mendukung produksi, yaitu bahan baku dan barang modal.
Walaupun kinerja ini sudah menunjukkan arah dan ritme pemulihan ekonomi yang baik, namun kondisi ini harus terus dijaga karena tantangan ke depan masih perlu diwaspadai.
“Tentu kita harus menjaganya karena ini bukan merupakan suatu jaminan. Tantangan ke depan yang kami sudah sebutkan tadi, entah itu yang berasal dari pandemi ataupun yang berasal dari disrupsi sisi supply, komoditas, geopolitik, kenaikan inflasi serta suku bunga dunia harus menjadi perhatian kita pada tahun 2022 ini” ujar Menkeu. (*)