Bangkalan – Jelang pilpres 2024 publikasi hasil survei elektabilitas capres-cawapres pilpres 2024 banyak dilakukan lembaga-lembaga survei. Namun, menurut Wahyudi peneliti Lembaga studi Perubahan dan Demokrasi (LsPD), “anehnya hasil penelitiannya tidak menghasilkan kesimpulan penelitian yang sama atau hampir sama,” Minggu (26/11/2023).
“Aneh tapi nyata,” tutur Wahyudi, dimana subjek penelitian sama (penduduk/pemilih warga Indonesia), tapi ketika diteliti oleh lembaga penelitian (lembaga survei, red.) yang beda menghasilkan hasil penelitian yang berbeda. Padahal pendekatan penelitiannya sama-sama kuantitatif (paradigma: positivisme, red.), yang meyakini pada sifat universal ilmu pengetahuan.
Artinya, universal adalah kebenaran data hasil penelitian (survei elektabilitas, red.) yang diungkapkan penelitian ilmiah berlaku umum. Jadi, ketika objek/subjek yang sama diteliti oleh peneliti yang berbeda hasilnya serupa atau tetap sama. Namun ketika ada perbedaan hasil penelitian mencolok antarlembaga survei maka hasil penelitian itu pantas dipertanyakan.
Perbedaan itu, kata Wahyudi, selain mungkin bisa karena masalah kompetensi, terkadang bisa juga terjadi karena motif-motif tertentu, yang tujuan memuaskan kalangan tertentu yang berjasa dalam kegiatan penelitian, seperti memberikan fasilitas dan dana penelitian. Akibat masalah itu, rasionalitas (objektif) dan kejujuran dalam penelitian dipinggirkan, bahkan tidak diperhatikan.
Ketika dua variabel itu dikesampingkan, ungkap Wahyudi, maka konsekuensinya sikap ilmiah dan etika penelitian bisa terabaikan. Ketika penelitian tidak rasional/objektif maka penelitian yang dilakukan tidak berdasarkan fakta dan terdistorsi oleh bias, emosi, atau prasangka. Sebaliknya, jika penelitian dilakukan secara objektif, peneliti melakukannya dengan pikiran terbuka dan mempertimbangkan fakta daripada perasaan pribadi.
Sedangkan ketika aspek kejujuran tidak diimplementasikan dalam penelitian, maka etika penelitian potensial terabaikan. Etika penelitian merupakan aspek moralitas dalam penelitian. Padahal prinsip-prinsip moralitas yang terkandung dalam etika penelitian sangat penting dalam penelitian. Etika ini penting untuk memberikan jaminan penghargaan, manfaat, keselamatan, dan keadilan subjek (responden) penelitian.
Lebih lanjut menurut Wahyudi, konsekuensi terburuk yang muncul akibat tidak dipraktekkan rasionalitas dan kejujuran dalam penelitian, terjadi kesalahan hasil penelitian. Salah satu kesalahan penelitian yang muncul akibat dari praktek-praktek tersebut adalah memanipulasi.
“Manipulasi/memalsukan bahan penelitian, alat, proses, merubah atau menghilangkan data atau hasil sehingga mengubah hasil pencatatan data penelitian. Praktek manipulasi biasanya dilakukan untuk tujuan memuaskan/menyenangkan orang/kelompok pemberi fasilitas/dana penelitian,” pungkasnya.