Site icon Madurapers

Upaya Pelestarian Bahasa Madura dan Tantangannya

Ilustrasi etnis penutur, etnis atau suku bangsa Madura, Bahasa Madura, di Indonesia

Ilustrasi etnis penutur, etnis atau suku bangsa Madura, Bahasa Madura, di Indonesia (Dok. Madurapers, 2025).

Bangkalan – Bahasa Madura merupakan aset budaya yang berharga dan perlu dilestarikan. Bahasa ini mencerminkan identitas dan pandangan hidup masyarakat Madura yang unik.

Pengakuan terhadap bahasa Madura sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) diberikan oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Pengakuan ini diberikan pada tahun 2024 sebagai bentuk apresiasi terhadap kekayaan budaya lokal.

Ada beberapa alasan utama mengapa bahasa Madura harus terus dilestarikan. Bahasa ini bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan dan identitas masyarakat Madura.

Selain itu, bahasa Madura memiliki kekayaan kosakata dan ungkapan khas yang mencerminkan kearifan lokal. Bahasa ini juga menjadi penanda otentik yang memperkuat warna budaya Madura di tengah arus globalisasi.

Pelestarian bahasa Madura juga menjadi bentuk perlawanan terhadap homogenisasi budaya. Jika tidak dilestarikan, bahasa ini bisa tergeser oleh bahasa lain yang lebih dominan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menjaga kelangsungan bahasa Madura, berbagai upaya perlu dilakukan. Salah satunya adalah mengajarkan bahasa Madura di sekolah-sekolah agar generasi muda tetap mengenal dan menggunakannya.

Selain pendidikan formal, penggunaan bahasa Madura dalam media lokal juga dapat memperkuat eksistensinya. Media seperti radio, televisi, dan surat kabar dapat menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan bahasa Madura kepada masyarakat luas.

Upaya lain yang tak kalah penting, kata Muhaimin, pengajar di salah satu sekolah menengah swasta di Bangkalan, Minggu (09/02/2025), adalah menjaga penggunaan bahasa Madura dalam kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat terus menggunakan bahasa ini dalam komunikasi sehari-hari, maka eksistensinya akan tetap terjaga.

Namun, kata dia, upaya pelestarian ini masih menghadapi kendala besar. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi formal, berpendidikan sarjana (S1) dalam bidang Sastra atau Pendidikan Bahasa Madura.

Ironisnya, lanjut kata dia, tidak ada perguruan tinggi negeri maupun swasta yang membuka jurusan Sastra atau Pendidikan Bahasa Madura. Akibatnya, banyak guru yang mengajar bahasa Madura di sekolah-sekolah tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai.

Jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan kemampuan menulis dan berbicara dalam bahasa Madura akan semakin menurun. Dalam jangka panjang, bahasa Madura bisa terancam punah karena semakin sedikit yang menggunakannya secara benar.

Oleh karena itu, “Diperlukan kebijakan yang lebih serius untuk mendukung pelestarian bahasa Madura. Pembukaan program studi Sastra atau Pendidikan Bahasa Madura di perguruan tinggi bisa menjadi langkah awal untuk menghasilkan tenaga pendidik yang kompeten,” saran dia.

Exit mobile version