ALPHA female merupakan sebutan untuk seorang wanita yang memiliki sikap tegas, dominan, dan berkualitas dalam kepemimpinan. Beberapa ibu rumah tangga yang bekerja atau berkarier memiliki sifat tersebut. Dimana sifat ini yang bisa mendorong perempuan untuk percaya diri dalam dunianya.
Perempuan seperti ini memiliki pemikiran untuk bisa melakukan aktivitasnya sendiri, alih-alih mereka seperti nyaman dengan zonanya sendiri karena merasa lebih produktif untuk melakukan semuanya sendiri.
Rasa percaya diri yang dimilki wanita alpha female membuatnya sering menjadi perhatian. Ketika dalam memecahkan masalah, seperti memberikan solusi dan ide yang dimiliki, berambisius dalam menyelesaikan sesuatu dan hal baru akan menjadi tantangan baginya untuk dipelajari.
Rasa kepemimpinannya juga membutanya merasa bisa mengatur dan memberikan dampak positif untuk lingkungannya. Merasa ilmu atau pengetahuan yang dimilikinya harus disalurkan atau bermanfaat bagi orang lain agar apa yang dia miliki orang lain juga bisa mengetahuinya. Mereka seperti haus akan ilmu, ketika mereka mendapatkan ilmu tersebut seolah energi bagi dirinya.
Mengembangkan potensi di dalam dirinya, meskipun sudah menikah atau bahkan memiliki anak, seorang ibu yang memiliki sifat alpha female merasa bahwa sesuatu yang belum dieksplor menjadi tantangan baginya dengan tidak merumitkan statusnya sebagai ibu.
Kegiatan yang menambah ilmu tentunya seperti mengikuti seminar, kursus, dan pelatihan yang bisa melatih keahlian. Biasanya mereka juga akan mendahulukan prioritas nya, mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu dan mana yang bisa diselesikan di waktu senggangnya.
Seorang alpha female mempunyai target atau imipian yang jelas. Bukan hanya itu, di dalam kehidupan sehari-harinya mereka pasti ingin menyelesaikan tanggung jawabnya dengan memasang target dalam dirinya yang harus selesai pada hari itu juga.
Mereka sangat menyukai keseimbangan secara fisik, mental, dan spiritual. Jika ada salah satunya saja tidak tercapai, pasti akan merasa belum selesai dalam tugasnya. Sangat senang jika melakuan semuanya sendiri, karena merasa mampu akan hal itu.
Tetapi dalam konteks ini, berbeda dengan sifat feminisme, dimana wanita setara kedudukannya dengan laki-laki. Seorang ibu Alpha female bisa mandiri dalam mengerjakan sesuatu tapi mereka juga butuh pemimpin didalam hidupnya.
Tepat di tanggal 22-25 Desember 1928 lalu, pada Kongres Perempuan Indonesia I ada perjuangan wanita yaitu seorang ibu yang dilaksanakan di Yogyakarta dan sampai saat ini setiap tanggal 22 Desember diperingati hari ibu.
Mengingat peristiwa tersebut, perjuangan wanita atau seorang ibu sampai saat ini tidaklah mudah. Tanggung jawab, peran, tugas bahkan lingkungan sekitar membuat mereka harus kuat dengan keadaannya, seringkali juga keadaan psikologis yang dialami bisa berdampak dalam mengemban status ini.
Beberapa perubahan yang dialami seperti rasa insecure dan kesehatan mental mereka yang diuji. Rasa insecure sendiri dimana ketika seseorang tidak percaya diri akan sesuatu hal yang dia miliki. Biasanya seorang ibu merasa insecure setelah melahirkan karena badannya tidak seperti dulu, bertambah gemuk dan tidak seperti dulu lagi.
Kesehatan mental yang terjadi seperti baby blues, dimana perubahan suasana hati setelah melahirkan yang bisa menimbulkan cemas, terharu hingga mudah tersinggung, akan hal yang membebani pikirannya.
Seperti setelah melahirkan biasanya lingkungan disekitarnya mengomentari cara dia dalam mendidik anak, tidak sesuai adatlah atau pamali jika melakukan itu pada anak. Dalam hal ini peran suamilah yang sangat penting untuk terus memberi dukungan kepadanya.
Ada kalanya ibu merasa bosan dirumah dan memilih untuk bekerja dengan tujuan bisa membantu per ekonomian keluarga serta mendapatkan teman di dunia kerjanya.
Pada era ini disebut dengan wanita karier, dimana seorang ibu atau wanita yang belum menikah memiliki pekerjaan mandiri baik bekerja pada orang lain atau mempunyai usaha sendiri. Pandangan masyarakat sekarang, sebutan ibu hanya ditujukan bagi ibu yang senantiasa dirumah untuk melayani suami dan mengurus urusan domestik.
Padahal ibu yang mengurus rumah tangga sekaligus bekerja juga memikul tugas yang berat. Mereka melakukan tanggung jawab ganda dan tetap melakukan tugasnya secara professional.
Seorang ibu yang bekerja juga memiliki motivasi yang selalu iya pegang untuk mengingat apa tujuan awal mereka bekerja sehingga menjadi penyemangat bagi dirinya. Bekerja sambil mengurus rumah tangga itu tidak lah mudah, maka hargailah. Ia hanya minta dihargai dari hasil pekerjaannya, mungkin dia tidak selalu bisa memiliki waktu bersama keluarga tetapi, hal seperti menyempatkan membuat sarapan untuk keluarga sebelum berangkat kerja, mengurusi anak sebelum dia berangkat sekolah itu merupakan hal yang patut dihargai sekaligus di syukuri.
Berikan dukungan kecil kepadanya, karena melakukan semua sendiri pasti sangat melelahkan. Suami harus mengerti juga ketika mempunya istri yang bekerja diluar, jadi peran suami bisa memberinya bantuan seperti menyapu rumah, dan mencuci piring atau hal lain yang bisa meringankan tugasnya. Komunikasikan semua hal, agar selalu tersampaikan apa yang sedang menjadi masalah dihatinya dan tetep terjalin keharmonisan di dalam keluarga.
Menjadi ibu atau ibu yang bekerja sama saja, semuanya sama-sama melelahkan, sama-sama mempunya tanggung jawab yang besar, sudah seharusnya kita menjunjung, menyanyangi, dan menghormatinya. Seorang ibu akan tetap menjalankan tugasnya tak peduli seberapa lelahnya mereka. Tidak akan ada yang bisa sehebat dia dalam menjalankan tanggung jawabnya.
***Retno Dwi Yunita berasal dari Sampang Madura adalah mahasiswa Prodi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang. Saya dapat dihubungi melalui email retnodwiyunitaa@gmail.com.