Opini  

Korupsi Syari’ah

Kredit foto: Penulis

NANO-NANO bukan nama sebuah permen saja yang bisa dirasakan di lidah saja, karena alat perasa ternyata bukan di lidah saja, namun hati juga bisa merasakan. Aneh bukan jika kita bisa melakukan korupsi syari’ah. Sebenarnya sih ya aneh, tapi faktanya praktek di negara ini banyak manusia sadar atau tidak sadar sudah sering melakukan korupsi syari’ah.

Mari kita lihat dari masjid, untuk membangun sebuah masjid sekalipun merenovasi atau pengadaan fasilitas lainnya, maka tidak mungkin takmir masjid yang akan datang kepada kantor perwakilan itu. Sebab, takmir masjid itu siapa? Kok bisa-bisanya mengajukan dana bantuan pembangunan masjid ke kantor perwakilan.

Jika takmir masjid itu datang ke kantor perwakilan tanpa melibatkan manusia perwakilan, maka akan sulit untuk mencarikan dana bantuan. Sebab asal si takmir ini tidak dikenal oleh manusia yang bisa mencairkan dana.

Setelah dana bantuan dicairkan, maka banyak istilah upah atau uang lelah atau uang terimakasih kepada manusia perwakilan yang sudah membantu dalam mencairkan dana. Maka itu tidak asing lagi, bahkan takmir sudah merasa terbantu walaupun dana yang dicairkan terpotong oleh manusia perwakilan. Logikanya simple, andai tidak ada si dia, saya tidak dapat bisa mencairkan dana bantuan tersebut.

Lebih dari itu, semua lembaga sosial baik panti asuhan, yayasan pendidikan, pengabdian dan lain-lain juga mengalami hal yang sama ketika mengajukan dana bantuan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Madurapers

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca