Jakarta – Deputi Bidang Kerja Sama Luar Negeri Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar Year-End Counter Terrorism Briefing bersama Duta Besar dan perwakilan negara mitra, Selasa (21/12/2021).
Forum tahunan ini dibuka langsung Kepala BNPT, Komjen. Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., membahas perkembangan ancaman terorisme di level domestik, regional maupun global.
“Serta upaya BNPT dalam menanggulangi terorisme, termasuk di dalamnya kerja sama dengan negara sahabat,” paparnya.
Boy, panggilan karibnya, menjelaskan kebangkitan Taliban menjadi titik balik evolusi terorisme global, dimana Afganistan menjadi surga bagi para kelompok teror untuk mempertahankan eksistensinya.
Selain itu, kata Boy, keterlibatan perempuan dalam terorisme di Asia Tenggara menunjukkan adanya peningkatan. “Tren ini dapat terus berlanjut apabila tidak direspon dengan tepat dan cepat,” imbuhnya.
Ancaman lain yang harus diantisipasi menurut Boy adalah aktivitas pendanaan terorisme. Ia menjelaskan kini pundi pendanaan terorisme dapat bersumber dari mana saja, salah satunya melalui donasi atau kotak amal yang baru-baru ini ditemukan di Indonesia.
“Terorisme tidak boleh dikaitkan dengan ras, agama, atau peradaban apapun. Terorisme harus menjadi perhatian semua negara. Untuk itu diperlukan upaya bersama dalam menanggulanginya,” harapnya.
Merespon ancaman-ancaman tersebut, BNPT sambung Boy terus bekerja sama dengan mitra di dalam dan luar negeri. Sebagai bentuk langkah pencegahan, Boy menerangkan BNPT memimpin tim Sinergisitas yang beranggotakan 46 K/L.
“Melalui Sinergisitas ini, BNPT dan K/L terkait melakukan pembangunan fisik dan non fisik di 5 Provinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, NTB, dan Sulteng,” tuturnya.
Masih kata Boy, BNPT juga tengah menggarap Kawasan Khusus Terpadu Nusantara (KKTN) yang akan dijadikan kawasan pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata. KKTN ini menurutnya akan dikelola oleh mitra deradikalisasi sebagai bentuk pemberdayaan berbasis kesejahteraan.
Boy memastikan keseriusan BNPT juga ditunjukkan melalui Peraturan Presiden (Pepes) Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) yang diteken Presiden Joko Widodo pada awal tahun ini. Perpres RAN PE urai Boy mengedepankan langkah-langkah soft approach (pendekatan lunak) dalam pencegahan terorisme.
Selain itu, BNPT kata Boy juga aktif merajut kerja sama dengan negara sahabat dalam menanggulangi terorisme. Perwira Tinggi Polri dengan tiga bintang di pundak ini menekankan aksi kekerasan dan terorisme merupakan isu penting yang harus menjadi perhatian seluruh entitas dunia.
“Perlu ada kerja sama dengan berbagai stakeholder (pemangku kepentingan, Red) agar penanggulangan terorisme dapat terlaksana dengan efektif,” tutupnya.