Site icon Madurapers

Cara Terbaik Mengungkapkan Rasa Syukur kepada Allah

Foto Orang Shalat dan Berdzikir di Masjid (Sumber: SeekersGuidance)

Bangkalan – Mengungkapkan rasa syukur (terima kasih) kepada Allah S.W.T., merupakan perbuatan terbesar dan salah satu ciri menonjol dari para nabi. Lalu, apa cara terbaik untuk mengungkapkan rasa syukur kita (manusia) kepada Allah S.W.T?

Dilansir dari laman SeekersGuidance “What is the Best Way to Express Our Gratitude to Allah?” berikut penjelasan Syekh Abdurragman Khan tentang cara terbaik mengungkapkan rasa syukur kepada Allah.

Bersyukur kepada Allah S.W.T., merupakan perbuatan terbesar dan karakteristik menonjol dari para nabi. Mengutip al-Qur’an surat An Nahl (Lebah) ayat 114 dan 120-121, Syekh Abdurragman Khan menjelaskan bahwa para nabi (termasuk Nabi Ibrahim a.s) bersyukur atas nikmat Allah S.W.T.

Menurut Ibn al-Qoyyim Al Jauziyyah dalam kitab Madarij al-Salikin Baina Manazil Iyyaka Na’budu wa Iyaka Nasta’in-nya menjelaskan tata cara bersyukur kepada Allah. Menurutnya, pengungkapan rasa syukur bisa dengan hati, lisan (mulut), dan anggota badan.

Ungkapan rasa syukur dengan hati dilakukan dengan cara tunduk kepada Allah dan tenang (puas) atas nikmat Allah. Ungkapan rasa syukur dengan lisan dilakukan dengan cara memuji Allah dan mengakui nikmat-Nya. Ungkapan rasa syukur dengan anggota badan dilakukan dengan cara melaksanakan ibadah dan menunjukkan ketaatannya kepada Allah.

Itulah ketiga cara terbaik mengungkapkan rasa syukur kepada Allah S.W.T., menurut Ibn al-Qoyyim Al Jauziyyah (Ulama Sunni dari Damaskus, Kesultanan Mamluk).

Mengenai formula (rumus) khusus untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah S.W.T., dengan lisan menurut Syekh Abdurragman Khan bisa dilakukan puji-pujian (dzikir) apapun, yang banyak diketahui umat Islam. Contoh puji-pujian ini seperti membaca al Hamdu lillah (segala puji bagi Allah) atau al Syukr lillah (segala puji bagi Allah).

Namun begitu, ada formula yang lebih baik dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Allah S.W.T. Ungkapan rasa syukur tersebut dengan puji-pujian: “Ya Rabb laka al-hamdu kama yambaghi lijalali Wajhika wa al-Adzimi Sultanik (Ya Allah, bagi-Mu segala puji sesuai dengan keagungan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu)”.

Puji-pujian tersebut disebutkan dalam hadist nabi yang diriwayatkan oleh ibn Majah dan yang lainnya dari Abdullah ibn Umar.

Diriwayatkan dalam hadist nabi, para malaikat ragu dan tidak mengetahui hadiah apa yang harus dicatat untuk puji-pujian tersebut. Lalu, malaikat menghadap Allah dan bertanya, “Ya Tuhan kami, hamba-Mu telah mengucapkan pujian yang kami tidak mengetahui bagaimana mencatatnya.”

“Apa yang dikatakan hamba-Ku?, “Allah bertanya kepada Malaikat.

Mereka berkata, “Ya Tuhan, dia berkata: Ya Allah, bagi-Mu segala puji sesuai dengan keagungan wajah-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.”

Allah kemudian menjawab, “Catatlah sebagaimana hamba-Ku mengucapkannya, sampai dia bertemu dengan-Ku dan Aku (Allah) akan membalasnya.”

Namun, kenyataan lain yang dijelaskan oleh para ulama bahwa bagaimanapun juga kita tidak akan pernah bisa bersyukur (berterima kasih) kepada Allah, sebagaimana seharusnya bersyukur.

Hal ini karena setiap kali kita bersyukur kepada Allah, itu adalah melalui bimbingan dan nikmat-Nya. Dengan demikian, setiap pujian dan syukur menuntut kita untuk bersyukur dan memuji Allah lagi.

Demikian juga dengan pujian kedua adalah nikmat lain dari Allah yang membutuhkan ucapan syukur lagi dan seterusnya tanpa akhir.

Oleh karena itu, Syekh Abdurragman Khan berdoa, “Semoga Allah mengizinkan kita untuk benar-benar mensyukuri nikmat dan nikmat-Nya yang tiada hentinya. Sehingga kita dapat senantiasa dalam keadaan bersyukur dan berterima kasih kepada Allah.”

Exit mobile version