Site icon Madurapers

Manager ULP PLN Sumenep Tutup Mulut Soal Pemadaman Listrik

Suasana pemadaman listrik di Desa Batuputih Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep. (Sumber Foto: Fauzi)

Sumenep – Belakangan ini, penduduk Pulau Madura keluhkan pemadaman listrik yang dilakukan pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN). Salah satunya Imam Suhairi, Warga Desa Parsanga, Kecematan Kota, Kabupaten Sumenep.

Dalam unggahan status di akun Facebooknya, Imam Suhairi mengaku sudah 3 (tiga) malam terakhir listrik di tempat tinggalnya terjadi pemadaman.

“Malam ke-1 : pukul 20.30-20.45 lalu 20.45-22.00. Malam kedua : 19.00 – 01.30. Malam ketiga : 16.00-21.02 (belum nyala),” tulis Imam merinci, Selasa (1/3/22).

Lebih lanjut, meskipun dalam kondisi suasana gelap gulita, dirinya mengaku tetap melakukan aktivitas sebagaimana mestinya.

“Dua malam ini saya terobos kegelapan menghadiri tahlilan saudara Mba saya di Paberasan dan malam ini tahlilan mertua KH Asmawi (Guru saya) dan yang juga mertua dari saudara saya K.Mura’ie di Pojah,” ungkapnya.

Di tengah pemadaman listrik tersebut, sontak membuat dirinya berpikir bagaimana menggelar tahlilan dalam kondisi gelap?

Setelah sampai di tempat pelaksanaan tahlilan itu, Imam mengaku terkejut, karena suasananya terang benderang dan kegiatan tahlil tetap dilaksanakan.

“Mrk para tetangga menyiapkan Genset berukuran besar utk kepentingan itu. Tahlilan tetap berlangsung lancar dan khidmat,” lanjut tulisan Imam Suhairi dalam unggahan facebooknya.

“Benar benar nuansa Kearifan lokal yg ternyata tidak berpengaruh sama sekali pada kondisi yang kurang menguntungkan bagi mereka,” sambungnya.

Setelah acara tahlilan usai, Imam mengaku mengitari beberapa titik pusat Kota Sumenep. Hasilnya, mayoritas rumah penduduk di daerah kota tidak terjadi pemadaman listrik alias menyala. Meskipun beberapa rumah juga ada yang padam.

“Menurut cerita beberapa teman, di tempat mereka listrik cuma padam hitungan satu sampai dua jam. lho kok beda ya? anggaplah di wilayah perdesaan kok dapat giliran padam sampai Berjam jam,” kata Imam memaparkan dalam unggahan status Facebooknya.

Tebang pilihnya Unit Layanan Pelanggan (ULP) PLN wilayah Sumenep dalam memberikan kebijakan tersebut, menurutnya keputusan kurang tepat. Pasalnya, banyak aktivitas masyarakat yang membutuhkan aliran listrik.

“Padahal sejatinya mereka (masyarakat kampung) dengan segala kearifannya yg paling butuh listrik untuk kegiatan mereka bersosial,” tulis Imam penuh Kebingungan.

Kekecewaan itu kemudian ditulis Imam di penghujung unggahan status Facebooknya. Dalam tulisannya, dirinya mengaku kesal karena dianggap pemadaman listrik tidak sama, antara daerah perkotaan dan pedesaan Sumenep.

“Apa dianggap perkotaan sebagai hanya pusat peradaban, sedangkan pedesaan dianggap terpinggirkan dan tidak terlalu butuh listrik, sehingga pemadaman tidak harus sama…?,” pungkasnya.

Unggahan status Facebook yang tulis Imam, sontak mendapatkan berbagai respon dari pengguna lain.

Seperti yang ditulis oleh akun Facebook bernama ‘Ida Libra’. Ida berkomentar agar pindah tempat tinggal dari semula ke desa pusat Kota.

“Mangkanah romana ngaleh ka kotta”. Dalam terjemahan bahasa Indonesia (Makanya rumahnya pindah saja ke kota),” tulis Ida dalam bahasa Madura.

Dikonfirmasi terpisah, jurnalis madurapers.com mengkonfirmasi Regin Herico Ludi Sunu selaku Manager ULP PLN Sumenep. Dalam sambungan telepon via aplikasi WhatsApp pihaknya mengaku sedang melakukan rapat..

“Saya sedang rapat mas,” kata Regin singkat dari bilik telepon Rabu, 2 Maret 2022, tadi malam.

Tak berselang lama kemudian, kepada jurnalis media ini, dirinya menanyakan terkait perihal apa yang ingin diwawancarai.

“Mau wawancara terkait apa mas,” tanya Regin.

Sontak pewarta menyampaikan terkait pelayanan ULP PLN Sumenep yang dilakukan pemadaman listrik, dimana lebih banyak terjadi di daerah pedesaan dibandingkan perkotaan.

Sayangnya, orang yang bertanggung jawab atas pelayanan PLN di seluruh wilayah Sumenep itu lagi-lagi berdalih sedang rapat dan enggan memberikan komentar soal kebijakan yang diambil oleh pihak PLN itu sendiri.

“Maaf mas sedang repot ini,” kelitnya.

Exit mobile version