Jakarta – Pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 bisa mencapai 8 persen. Presiden Prabowo Subianto menegaskan hal ini dalam acara Musyawarah Nasional Konsolidasi Persatuan Kadin Indonesia, Kamis (16/02/2025).
Prabowo menekankan bahwa efisiensi ekonomi menjadi kunci pencapaian target tersebut. Ia juga mengingatkan bahwa pemborosan dalam pemerintahan harus dihentikan demi mengoptimalkan penggunaan anggaran.
Namun, para ahli ekonomi menilai target tersebut terlalu ambisius dan sulit dicapai. Berdasarkan analisis sejumlah lembaga keuangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 diperkirakan hanya berkisar antara 5 persen hingga 5,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen, tertinggi dibanding lembaga lainnya. Sementara itu, Indef memprediksi angka yang lebih konservatif, yakni di kisaran 5 persen.
Bank Dunia dan IMF sama-sama memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,1 persen. Sedangkan OECD memberikan proyeksi sebesar 5,2 persen, sedikit lebih tinggi dibanding prediksi Bank Dunia dan IMF.
Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan angka pertumbuhan yang sama dengan Indef, yakni 5 persen. Dengan demikian, rata-rata proyeksi pertumbuhan ekonomi dari berbagai lembaga internasional berada jauh di bawah target pemerintah.
Sejumlah faktor diperkirakan akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025. Faktor tersebut meliputi penurunan biaya pinjaman, kebijakan fiskal yang mendukung UMKM, serta ekspansi fiskal dari pemerintah.
Selain itu, permintaan domestik yang stabil juga diyakini akan menjadi motor penggerak ekonomi. Namun, faktor eksternal seperti ketidakpastian ekonomi global dan geopolitik dapat menjadi tantangan bagi pertumbuhan ekonomi.
Para ekonom menilai bahwa meskipun kebijakan ekonomi yang diterapkan bisa mendorong pertumbuhan, mencapai 8 persen pada tahun 2025 tetaplah sulit. Hal ini dikarenakan struktur ekonomi Indonesia yang masih bergantung pada sektor konsumsi dan investasi yang belum cukup kuat.
Pemerintah diharapkan lebih realistis dalam menetapkan target ekonomi agar tidak menimbulkan ekspektasi yang terlalu tinggi. Selain itu, reformasi struktural dan efisiensi birokrasi harus lebih diprioritaskan untuk meningkatkan daya saing ekonomi nasional.
Jika pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5-5,5 persen, Indonesia tetap berada dalam tren positif, meskipun tidak setinggi yang diharapkan pemerintah. Yang terpenting, pemerintah perlu memastikan pertumbuhan tersebut inklusif dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan proyeksi berbagai lembaga ekonomi, target pertumbuhan 8 persen yang dicanangkan pemerintah tampaknya tidak realistis. Dengan rata-rata prediksi berada di angka 5-5,5 persen, maka ada selisih sekitar 2,5-3 persen dari target pemerintah.
Faktor-faktor seperti ekspansi fiskal dan stabilitas permintaan domestik memang dapat mendorong pertumbuhan, tetapi keterbatasan investasi dan tantangan global menjadi hambatan besar. Oleh karena itu, pemerintah perlu fokus pada reformasi struktural dan kebijakan ekonomi yang lebih berkelanjutan daripada sekadar menetapkan target yang ambisius.