Bangkalan – Shalat bagi orang Islam ternyata memiliki banyak keutamaan. Said bin Ali Al-Aqahthani menyebutkan ada 16 (enam belas) keutamaan shalat. Keenam belas keutamaan shalat tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Ketentuan ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 45, yang artinya: “… Sesunguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. …”
Kedua, shalat merupakan amal paling utama setelah dua kalimat syahadat. Berdasarkan hadits Abdullah bin Mas’ud, r.a., dia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah s.a.w., Amal apa yang paling utama? Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya. .. . “(HR. Bukhari No. 7.534 dan Muslim No. 85).
Ketiga, shalat dapat menghapus dosa. Berdasarkan hadits Jabir, r.a., “Sesungguhnya Rasulullah s .a.w., bersabda, “Perumpaan shalat lima waktu, seperti sungai yang mengalir deras di depan pintu rumah salah seorang diantara kalian, dia mandi padanya setiap hari sebanyak lima kali.” (HR. Muslim No. 668).
Keempat, shalat menghapus kesalahan. Berdasarkan hadits Abu Hurairah, r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w., bersabda, “Shalat lima waktu, antara Jumat satu dengan Jumat lainnya, antara satu Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya, adalah penghapus (dosa) diantaranya jika dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim No. 233).
Kelima, shalat memberikan cahaya bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat. Berdasarkan hadits Abdullah bin Umar, r.a., dari Nabi s.a.w., sesungguhnya beliau menjelaskan perkara shalat suatu hari, lalu beliau bersabda, “Siapa yang selalu menjaga (selalu melakukan) shalat, maka baginya cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat, dan siapa yang tidak menjaganya, maka tidak ada cahaya, bukti dan keselamatan, dan pada hari kiamat dia akan dikumpulkan bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Imam Ahmad dalam Al-Musnad, 2/169, Darimi, 2/301, Imam Munzir berkata dalam At-Targhib wat-Tarhib, 1/440: “Riwayat Ahmad dengan sanad yang baik.”).
Dalam hadits Abu Malik al-Asyari, r.a., Rasulullah s.a.w., bersabda, “Shalat adalah cahaya.” (HR. Muslim No. 223).
Menurut hadits Buraidah, r.a., beliau s.a.w., bersabda, “Berikan kabar gembira kepada orang yang selalu berjalan ke masjid (untuk shalat) di kegelapan, bahwa bagi mereka cahaya yang sempurna pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud No. 561 dan Tirmizi No. 223).
Keenam, shalat mengangkat derajat dan dosa-dosa bagi pelakunya. Berdasarkan hadits Tsauban, budak Rasulullah s.a.w., beliau bersabda kepadanya, “Hendaklah kalian banyak sujud (shalat) kepada Allah, karena sekali saja engkau sujud, niscaya Allah akan angkat derajatmu dan hapus kesalahanmu.” (HR. Bukhari No. 7.534 dan Muslim No. 85).
Ketujuh, shalat membuat pelakunya masuk surga sebagai pendamping nabi. Berdasarkan hadits Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslamy, r.a., dia berkata, “Aku pernah bermalam bersama Rasulullah s.a.w., lalu aku bawakan air wudhu untuknya dan aku layani segala keperluannya. Kemudian beliau berkata kepadaku, “Mintalah (apa yang kamu inginkan).” Aku berkata, “Aku mohon kepadamu agar aku menjadi pendampingmu di surga.” Beliau bersabda, “Apa tidak minta yang lain?” Aku berkata, “Ya, (hanya) itu (yang saya minta).” Maka beliau bersabda, “Tolonglah aku untuk memenuhi permintaanmu dengan kamu banyak bersujud (shalat).” (HR. Muslim No. 489).
Kedelapan, berjalan menuju shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan diangkat derajatnya serta dihapus dosanya. Berdasarkan hadits Abu Hurairah, r.a., dia berkata, “Rasulullah s.a.w., bersabda, “Siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian dia berjalan dari rumahnya ke rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu kewajiban yang Allah perintahkan (shalat) maka pada setiap kedua langkahnya, salah satunya dapat menghapus dosa sedangkan yang lain mengangkat derajat.” (HR. Muslim No. 666).
Dalam hadits lain diriwayatkan, “Jika diantara kalian yang berwudhu dengan sempurna, kemudian dia keluar ke masjid, niscaya setiap kaki kanannya diangkat, Allah akan mencatat kebaikan baginya, dan sebelum kaki kirinya ditapakkan, niscaya Allah akan menghapus dosanya.” (HR. Abu Daud No. 563).
Kesembilan, berangkat dan pulang shalat akan disiapkan penyambutan di surga. Berdasarkan hadits Abu Hurairah, r.a., dari Nabi s.a.w., “Siapa yang berangkat ke masjid atau pulang drinya, Allah akan siapkan baginya di surga tempat singgah setiap kali dia berangkat atau pulang.” (HR. Bukhari No. 662 dan Muslim No. 666).
Kesepuluh, Allah akan mengampuni antara shalat satu dengan shalat berikutnya.Berdasarkan hadits Utsman, r.a., dia berkata. “Aku mendengar Rasulullah s.a.w., bersabda, “Seorang muslim berwudhu dengan sempurna, kemudian dia shalat, niscaya Allah akan mengampuninya sejak shalatnya itu hingga shalat berikutnya.” (HR. Muslim No. 227).
Kesebelas, shalat menghapus dosa sebelumnya. Berdasarkan hadits Ustman, r.a., dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah s.a.w., bersabda, “Seorang muslim yang shalat fardhu dengan menyempurnakan wudhunya, khusyuk dan rukuknya, niscaya hal itu akan menjadi penghapus dosa sebelumnya, selagi dia tidak melakukan dosa besar, dan hal itu berlaku sepanjang masa.” (HR. Muslim No. 227).
Kedua belas, malaikat akan selalu mendoakan selama belum beranjak dari tempat shalatnya. Berdasarkan hadits Abu Hurairah, r.a., “Rasulullah s.a.w., bersabda, “ … sementara para malaikat mendoakannya selama dia di tempat shalatnya dengan mengucapkan, “Ya Allah sayangilah dia, ampunilah dia, terimalah taubatnya, selama dia tidak menyakiti (orang lain) di dalamnya dan tidak berhadats.” (HR. Bukhari No. 2.119 dan Muslim No. 649).
Ketiga belas, menunggu shalat dianggap sebagai ribath (menahan diri demi melakukan ketaatan) di jalan Allah. Bardasarkan hadits Abu Hurairah, r.a., “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w., bersabda, “Maukah kalian kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus dosa dan meninggikan derajat? Meraka menjawab, “Mau ya Rasulallah.” Beliau bersabda, “Berwudhu pada
saat yang sulit (sangat dingin), memperbanyak langkah ke masjid dan menunggu shalat, itulah ribath, itulah ribath.” .
Keempat belas, pahala bagi orang yang keluar untuk shalat seperti pahala orang yang menunaikan haji saat dia sedang ihram. Berdasarkan hadits: “Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk meakukan shalat fardhu, maka pahalanya bagaikan pahala orang yang melakukan haji yang sedang ihram, … .” (HR. Abu Daud No. 558).
Kelima belas, orang yang terlambat shalat berjemaah padahal dia biasa melakukannya, maka baginya pahala orang yang melakukan shalat jamaah. Berdasarkan hadits Abu Hurairah, r.a., dia berkata, “Rasulullah s.a.w., bersabda, “Siapa yang berwudhu dengan sempurna, kemudian dia berangkat (untuk shalat berjemaah) namun didapatinya orang-orang telah shalat, maka Allah Ta’ala akan memberinya pahala sebagaimana orang shalat berjemaah tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.” (HR. Abu Daud No. 564).
Keenam belas, jika seseorang bersuci lalu berangkat shalat, maka dia dianggap dalam keadaan shalat hingga kembali, dan dicatat amalnya sejak pergi hingga pulang. Berdasarkan hadits Abu Hurairah, r.a., dia berkata, “Rasulullah s.a.w., bersabda, ‘Jika seseorang diantara kalian berwudhu di rumahnya, kemudian dia mendatangi masjid, maka dia dianggap sedang shalat hingga dia pulang, maka janganlah dia berbuat seperti ini, lalu beliau merangkai jemarinya'”, (Riwayat Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, 1/229).
Ketentuan ini juga terdapat riwayat dari Abu Hurairah, r.a., yang dinyatakan berasal dari Rasulullah s.a.w., “Sejak salah seorang dari kalian keluar dari rumahnya menuju masjid, maka langkah satunya dicatat dengan kebaikan sedang langkah berikutnya dicatat sebagai penghapus dosa, hingga dia kembali.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya, No. 1.620 dan Nasa’i, 2/42).