Ia tidak hanya mengusir sisa pasukan Yunani-Makedonia, tetapi juga membuat perjanjian damai dengan Seleukus I, salah satu penerus Alexander. Perjanjian ini menguntungkan kedua belah pihak dan menegaskan kekuasaan Chandragupta di wilayah barat laut.
Sebagai penguasa, Chandragupta dikenal adil dan bijaksana. Bersama Chanakya, ia memperkenalkan sistem pemerintahan yang efisien, termasuk dalam pengelolaan keuangan negara dan sistem perpajakan.
Kekaisarannya memiliki angkatan militer yang kuat serta sistem intelijen yang canggih untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan. Ia juga dikenal karena toleransinya terhadap berbagai agama dan budaya.
Wilayah Kekaisaran Maurya mencakup banyak komunitas dengan keanekaragaman etnis, bahasa, dan agama. Chandragupta mampu mengelola keberagaman ini dengan baik, menciptakan masyarakat yang relatif harmonis.
Pada masa tuanya, ia memilih meninggalkan takhta dan menjalani kehidupan sebagai pertapa Jain. Ia menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Bindusara, yang kemudian melanjutkan tradisi pemerintahan Maurya.
Chandragupta Maurya pindah ke Shravanabelagola, sebuah pusat keagamaan Jain di India selatan. Di sana, ia menjalani praktik keagamaan hingga akhir hayatnya.
Ia dikenang sebagai tokoh yang membawa persatuan dan stabilitas di India kuno. Basis yang dibangunnya membuat Kekaisaran Maurya mencapai puncak kejayaan di bawah cucunya, Ashoka.
Perannya dalam menyatukan India dan menciptakan pemerintahan yang terorganisir menjadikannya salah satu tokoh paling penting dalam sejarah dunia.